Setelah perjalanan panjang sejak terbentuk di Institut Kesenian Jakarta pada 2011, band rock alternatif Orange Theory akhirnya merilis album debut berjudul Paper Crown. Album berisi 12 lagu ini menjadi catatan perjalanan emosional yang penuh dinamika—mulai dari semangat melawan keterpurukan, kritik sosial dengan nada satir, hingga refleksi personal yang raw dan jujur.
Lebih dari sekadar album musik, Paper Crown dihadirkan sebagai sebuah pengalaman multisensori. Orange Theory menghadirkan 12 patung kontemporer karya Cyca Leonita dan Henry “Koi” Kresna, yang masing-masing merepresentasikan satu lagu. Setiap patung menangkap simbol, atmosfer, dan tekstur emosi dari musik, lalu diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi.
Struktur album ini pun disusun layaknya dua bab cerita:
Enam lagu pertama menyoroti dunia luar, membedah realitas sosial dan absurditas manusia.
Enam lagu berikutnya lebih intim, menjadi ruang refleksi diri sekaligus jendela ke rapuhnya sisi personal Orange Theory.
Artwork Paper Crown juga tampil unik. Sampul album menghadirkan tiga figur karakter yang dibuat dari patung resin asli, hasil eksperimen visual yang terinspirasi dari gaya satir ikonik Celebrity Deathmatch.
“Bagi kami, musik dan seni rupa selalu punya benang merah. Lewat Paper Crown, kami ingin menunjukkan bahwa keduanya bisa saling menguatkan, bahkan membuka cara baru dalam menikmati karya seni,” ungkap Orange Theory.
Paper Crown kini sudah tersedia di seluruh Digital Streaming Platform (DSP), mengajak pendengar untuk menyelami narasi emosional sekaligus estetika visual yang khas dari Orange Theory.
Tentang Orange Theory
Terbentuk pada 2011 di Institut Kesenian Jakarta, Orange Theory digawangi oleh Cyca Leonita (Vokal/Bass), Henry “Koi” Kresna (Gitar), dan Arfian Fisabil (Drum). Dengan akar seni rupa dan musik, band ini menghadirkan eksplorasi artistik yang selalu menolak batas.