Driver ojek online (ojol) yang tergabung dalam komunitas pengemudi online menolak rencana rencana merger antara Grab dengan GoTo. Rencana merger antara dua raksasa aplikasi transportasi online, Grab dan GoTo, terus menuai kontroversi.
Kali ini, penolakan datang dari Koalisi Ojol Nasional (KON) yang mewakili aspirasi para mitra pengemudi ojek online. Mereka menilai aksi korporasi tersebut berpotensi merugikan pengemudi dan mendesak pemerintah segera turun tangan.
Ketua Presidium KON Andi Kristiyanto menyampaikan bahwa merger Grab-GoTo dapat mempersempit ruang gerak para pengemudi online karena berkurangnya kompetitor di pasar. Akibatnya, mitra pengemudi terancam kehilangan daya tawar dalam sistem pemberian order maupun penentuan tarif.
“KON mendesak pemerintah hadir sebagai regulator dan pengawas untuk menyelamatkan bisnis transportasi online dari dominasi yang berpotensi merugikan mitra pengemudi,” tegas Andi dalam pernyataan tertulis, Sabtu (10/5).
Menurutnya, jika akuisisi benar-benar terjadi, kesejahteraan pengemudi ojek dan taksi online akan semakin tertekan ditambah potensi ledakan pengangguran akibat konsolidasi bisnis yang berujung pada efisiensi besar-besaran.
Rencana akuisisi GoTo oleh Grab sendiri semakin santer diberitakan. Reuters sebelumnya melaporkan bahwa kesepakatan bisa rampung pada kuartal II-2025. Dalam proses ini, sejumlah kalangan menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah untuk memastikan kepentingan nasional tetap terjaga.
GoTo adalah aset nasional yang mengelola data dalam jumlah besar dan jika diambil alih oleh perusahaan asing seperti Grab, maka risiko terhadap keamanan data dan kontrol digital menjadi isu serius.
Dan pemerintah harus proaktif menyikapi rencana akuisisi ini, dengan menimbang secara utuh dampaknya terhadap ekosistem digital, perlindungan konsumen, hingga keberlanjutan usaha mikro yang menggantungkan pendapatan dari platform-platform tersebut.
Tujuan dari merger tersebut adalah untuk mengakhiri kerugian selama bertahun-tahun di pasar internet yang kompetitif di Asia Tenggara. Dan salah satu skenario yang sedang dibahas adalah pembelian seluruh saham dengan nilai saham GoTo Indonesia lebih dari Rp 100 per lembar, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut.
Jika rencana merger benar-benar terjadi, maka pelayanan e-commerce dan pelayanan transportasi online GOTO bisa meningkat. Alhasil, industri teknologi di Indonesia secara keseluruhan bisa berkembang.
Merger ini juga bisa memperkuat posisi GOTO dan Grab di pasar Indonesia.