Weda, vokalis Manusia Aksara, kembali menempuh jalur solonya lewat sebuah karya yang tak sekadar lagu, melainkan semacam pernyataan sikap.
“Simfoni” bukanlah gubahan manis untuk dinikmati sambil lalu. Ia lahir sebagai dentuman keras yang menggugat, mengguncang, dan menguji telinga serta nurani pendengarnya.
Di balik musik rock alternatif yang mentah dan gelap, Weda menaruh lirik-lirik tajam, seperti pisau yang diarahkan bukan untuk melukai tubuh, melainkan merobek kepura-puraan. “Aku diancam, dikecam, dirajam dengan mulut yang tajam,” begitu penggalan yang mencerminkan luka sosial—penghakiman diam-diam namun mematikan.
“Simfoni” adalah pertanyaan besar tentang kebenaran yang sering dipelintir, tentang suara jujur yang justru dihakimi. Refrainnya menjadi semacam doa sekaligus teriakan: harapan akan harmoni yang adil, bukan harmoni palsu yang menutupi ketidakberesan.
Secara musikal, setiap ketukan dalam “Simfoni” terdengar seperti detak jantung yang menahan amarah, lalu meledak bukan karena kebencian, melainkan karena terlalu lama dibungkam. Di titik itu, lagu ini menjadi pengalaman emosional—tidak nyaman, tapi justru membebaskan.
“Simfoni” sudah dapat didengar di seluruh platform streaming digital sejak 22 Agustus 2025.
