Jakarta kembali menjadi pusat perhatian pada peringatan 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Jakarta Illustration & Creative Arts Festival (JICAF) bersama Asosiasi Media Luar-Griya Indonesia (AMLI) menggelar perayaan kolaboratif bertajuk “Titik Nol Bangsa” di Tugu Proklamasi, Minggu, 17 Agustus 2025.
Acara dimulai dengan Upacara Penurunan Bendera yang unik, melibatkan musisi, komika, seniman, hingga selebriti Indonesia sebagai petugas upacara.
Kegiatan ini lalu dilanjutkan dengan diskusi kebangsaan serta penampilan musik lintas genre yang merepresentasikan semangat persatuan dan kreativitas bangsa.
“Seni adalah bahasa universal yang menyatukan,” ungkap Yoga Prathama, Creative Director JICAF. Ia menegaskan bahwa seni visual dan ilustrasi memiliki kekuatan untuk menginspirasi masyarakat sekaligus menyalurkan pesan cinta tanah air.
Untuk pertama kalinya, JICAF dan AMLI menayangkan 80 karya ilustrasi pilihan dari seniman muda Indonesia secara serentak di videotron seluruh Indonesia yang tergabung dalam jaringan AMLI, berlangsung hingga 24 Agustus 2025.
Jumlah 80 karya dipilih sebagai simbol 80 tahun kemerdekaan dan menjadi penanda harapan baru untuk masa depan bangsa.
Menurut Fabianus Bernadi, Ketua Umum DPP AMLI, keterlibatan industri media luar-griya bukan hanya soal promosi komersial, tetapi juga kontribusi budaya. “Kami ingin menghadirkan ruang publik yang memberi inspirasi. Merayakan kemerdekaan dengan seni visual adalah cara kami mengangkat karya anak bangsa ke level nasional,” jelasnya.
Gelaran ini juga menjadi penghormatan bagi almarhum Gusti Irwan Wibowo (Gustiwiw), penggagas utama Titik Nol Bangsa.
Meski telah berpulang, ide beliau tetap dilanjutkan dengan dukungan komunitas seni, musisi, dan berbagai mitra kreatif.
Makna “Titik Nol Bangsa”
Perayaan inklusif: melibatkan berbagai latar belakang seniman dan publik.
Kreativitas kolektif: memadukan seni, musik, komedi, dan media luar-griya.
Simbol persatuan: 80 karya seni sebagai representasi usia kemerdekaan RI.
Melalui Titik Nol Bangsa 2025, JICAF dan AMLI menegaskan bahwa seni dan media dapat bersinergi sebagai ruang refleksi, inspirasi, sekaligus hiburan.
Sebuah momen perayaan yang tidak hanya meriah, tetapi juga meninggalkan jejak makna kebangsaan di hati masyarakat.