SATU PER EMPAT Landaskan “Tumor” Sebagai Jurnal tubuh dan Pikiran

Setelah menyelesaikan EP bagian pertama: “Semoga Beruntung” (7/6), Satu Per Empat, membawa kita semakin dekat album penuh kedua mereka: “Semoga Beruntung Nasib Buruk” dengan merilis single bertajuk ‘Tumor’. Nomor ‘Tumor’ membuka percakapan antara Audi Adrianto (gitar), Bismo Triastirtoaji (vokal), dan Levi Stanley (drum) – tentang, menjalani umur produktif dan perlahan mengetahui ada sesuatu yang salah dalam tubuh, lengkap dengan diagnosa medis yang berdampak signifikan pada kehidupan mereka. Perasaan atas berada di gelembung situasi ketakutan, hal yang tak terduga dan terjadi di luar kendali tersebut, coba mereka tuangkan menjadi nomor bernafas…

Baca selengkapnya

Satu Per Empat Rilis EP “Semoga Beruntung” sebagai Babak Pembuka Album Penuh Kedua dan Evolusi Tengah Krisis Paruh Baya

4 tahun usai debut penuh “Pasca Falasi” yang semarak dan tersesat, 1/4 kembali dengan karya terbaru mereka. Sepakat membagi album penuh mereka menjadi 2 bagian – “Semoga Beruntung” (7/6/24) merangkum babak pertama sedangkan “Nasib Buruk” merangkum babak kedua yang akan dirilis berikutnya. Bersahabat dan bermusik sejak umur 12 tahun, kini 1/4 melanjutkan perjalanan mereka tanpa Riga. Walau hanya tersisa tiga: Audi Adrianto (gitar), Bismo Triastirtoaji (vokal), dan Levi Stanley (drum) – mereka tetap mengamini fase baru tersebut sebagai pendewasaan. “Sangat sulit mencampuradukan diskusi karya ketika hal-hal di dunia kami masing-masing…

Baca selengkapnya

Band 1/4 (Satu Per Empat) Rilis Single Terbaru Berjudul “Klenik” Lewat Label Baru

Rasa takut melahirkan seni mendongeng. Doa, mantra, klenik adalah seni dongeng paling tua. Dewa bervariasi, Tuhan banyak rupanya, klenik berguna bagi yang percaya “lakum dinukum waliyadin” (penggalan surah Qur’an, Al-Kafirun) semua punya hak yang sama. Tokoh di dalam lagu ‘Klenik’ pergi ke dukun dan menjabarkan semua rasa takutnya. Dia minta jalan pintas, ia bosan buntung – dukun beri ia Mantra Kalackara (mantra Jawa Kuno). Naas, hasilnya nihil – ia kecewa, tapi dukun berkata: “Hidup di kapitalistiwa / Salah tuk merasa kecewa / Tak ada waktu tuk merasa payah, berdiri /…

Baca selengkapnya