“PESTILENCE”: wabah dari INHERITORS siap Tonjok Skena Metal

waktu baca 2 menit
Jumat, 21 Mar 2025 11:59 0 12 DapurLetter

Setelah berhasil melepas single perdana “From The Grave” sebagai pembuka 2025, kini Inheritors telah siap menjangkiti telinga pendengarnya dengan single anyar berjudul “Pestilence”.

Single kedua ini merupakan satu bagian dari serangkaian fase promosi dalam rangka perilisan full-album Inheritors yang akan datang. “Pestilence” adalah wabah baru yang mengikuti kebangkitan thrash metal asal Kota Malang, dari bawah tanah yang gelap, lembap, dan korosif.

“Pestilence” menyeruak dengan mengedepankan suasana yang lebih groovy dan ritmikal, melampaui batas-batas kecepatan yang menjadi ciri classic thrash metal.

“Pestilence” tidak sekadar berfokus pada kesan agresif, namun juga memadukan dentuman tempo yang variatif dan progresi kromatis yang membentuk dinamika lagu ke arah lebih kelam. Bak sampar yang terus berevolusi, “Pestilence” juga tertular oleh beragam referensi seperti Anthrax, Power Trip, Death, Obituary, hingga Alice In Chains.

Interaksi dengan berbagai pengaruh tersebut menumbuhkan atmosfer suram, berat, sekaligus depresif: Sebuah ruang yang tepat untuk memancarkan tema destruktif pada pesan-pesan dalam “Pestilence”. Single ini menampilkan kolaborasi dengan Agan Iksar (Dazzle, Keep It Real), yang memiliki range vokal selaras dengan raungan Inheritors namun tetap mampu mempertahankan keunikan karakter masing-masing.

Dibalut dengan riff-riff yang tebal dan jeritan gitar yang khas, “Pestilence” mengungkap keputusasaan atas realita sosial-politik yang dijangkiti wabah banalitas kekuasaan.

Inheritors mendeskripsikan latar belakang eksistensi mereka di tengah dunia yang calar dan keropos akibat keserakahan dan kesewenangan pemangku kepentingan. Para penguasa dianalogikan bukan sebagai pemimpin, melainkan sekelompok belatung yang hobi berburu penderitaan jelata, menghisap darah dan keringat rakyat yang mengucur sia-sia, menjadikannya sebagai menu utama dalam suatu pesta demi merayakan kematian hak-hak masyarakat sipil.

Di sisi lain, para pengisi kotak suara dipersepsikan sebagai sahaya yang tidak mendapat ruang kehendak, yang dapat dipuaskan dengan janji dan kebohongan, yang dituding ketika rencana tak berjalan sesuai pesanan, yang tak berdaya meladeni hasrat ketamakan pemerintah, yang kerap bersuara melalui moncong senjata. Situasi yang bagi Inheritors tak lagi dapat ditangani, sebagaimana tradisi yang diwariskan secara turun-temurun bahkan sejak konsep negara belum dirumuskan dalam sumpah para pemuda.

Luka-luka dari akar rumput yang akhirnya menjadi sampar, menyebar ke segala penjuru, merebak menjadi penyakit pikiran yang permanen.

Melalui “Pestilence” pula Inheritors menyebarkan wabah kesadaran bagi pendengar untuk tetap waras dan waspada terhadap kondisi di sekitar.

Wabah untuk mengingatkan peran kita sebagai warga sipil di jaman ini yang kian dekat dengan pembiaran dan penelantaran. Wabah yang tak terhindarkan, berpenetrasi merasuki otak dan pikiran tanpa perlawanan.

Wabah yang menumbuhkan apatisme, agar kita kebas pada kehancuran, karena sesungguhnya tidak semua hal dapat kita selamatkan.

DapurLetter

Dapurletter: website magazine

dapurletter © 2025