Single Perihal Baik hadir dengan tema yang dekat di kehidupan banyak orang—tentang hubungan toxic
Suasana hangat memenuhi Rendezvoo Coffee & Eater, Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (1/8) sore itu. Di sudut ruangan, Sahrul Gunawan duduk santai, senyumnya merekah menyambut rekan media.
Setelah lima tahun vakum dari dunia musik, mantan Wakil Bupati Bandung itu resmi kembali, membawakan karya terbaru berjudul “Perihal Baik” di bawah label AFE Record.
“Senang bisa kembali ke industri musik, karena ini karya dari hati,” ujar Sahrul membuka perbincangan. “Nyanyi itu udah hobi mendarah daging, mau ke mana pun, ya tetap musik yang membesarkan aku.”
Single Perihal Baik hadir dengan tema yang dekat di kehidupan banyak orang—tentang hubungan toxic, baik dalam percintaan maupun pertemanan. Bagi Sahrul, lagu ini menjadi cermin pribadi.
“Ceritanya tentang hubungan yang toxic dan nggak membawa hal baik. Kalau untuk diri aku, ini lebih ke memilah pertemanan, biar circle makin kecil, nggak mau lagi buang waktu untuk hal buruk,” tuturnya.
Perjalanan kembali ke studio rekaman tidak sepenuhnya mulus. Sahrul mengaku sempat grogi, terlebih saat mencoba warna vokal yang disesuaikan dengan aransemen kekinian. “Awalnya nggak percaya diri, tapi AFE Record bantu banget menyesuaikan karakter vokalku dengan lagunya,” katanya.
Bukan hanya vokal, penampilan pun menjadi tantangan tersendiri. Sahrul menurunkan berat badan dan mengubah warna rambut demi tampil maksimal. “Intermittent fasting gagal, tapi tetap harus kurusin badan. Rambut juga diwarnain,” ungkapnya sambil tertawa.
Proses pembuatan video klip Perihal Baik pun tak kalah unik. Hanya memakan waktu satu jam untuk pengambilan gambar, namun penggarapannya berlangsung sebulan penuh karena menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Modelnya itu AI. Gue cuma diminta maju-mundur dan nengok, tapi pas editing rumit banget. Sempat keluar rambut putih kayak kakek-kakek, padahal input-nya umur 25 tahun,” kenang Sahrul.
Lewat “Perihal Baik”, Sahrul Gunawan tidak hanya menandai kembalinya ke dunia musik, tapi juga menghadirkan pesan reflektif: memilih yang baik, menutup pintu untuk yang buruk, dan terus bernyanyi dari hati.