Rasa-rasanya memang benar keyakinan yang satu ini: bahwa sebuah karya musik yang sepenuhnya jujur pasti akan mencapai telinga pendengar — bahkan tanpa gaung dan gema sekalipun.
Semenjak penyanyi, penulis lagu, dan produser musik Arash Buana merilis album panjang keduanya, Life Update, pada bulan September 2024 yang lalu, terdapat sebuah deep cut di dalam album tersebut yang perlahan-lahan menarik atensi para audiens skena musik Indonesia. Deep cut tersebut adalah balada indie pop yang bertajuk “Tavoryn”, yang dibawakan, ditulis, dan diproduseri pula secara langsung oleh musisi berusia 21 tahun ini.
Dikemas layaknya voice notes berbahasa Inggris, “Tavoryn” menjadi bentuk ungkapan duka Arash Buana terhadap sebuah perpisahan masa lalu. Akan tetapi, melalui balada yang satu ini, Arash Buana juga menyadari bahwa terdapat jenis rasa sesal yang, sayangnya, sulit lekang oleh waktu.
Karya musik berdurasi 4 menit dan 40 detik ini kemudian menjadi cara Arash Buana untuk menyampaikan pesan kepada sosok bernama Tavoryn, yang berisi: “Oh Tavoryn, I’m really missing you / Didn’t mean to hurt you / Which I did / I understand now / With all the mess I made / I don’t belong to someone like you”.
Bagi para audiens musik yang sudah menyimak keseluruhan album Life Update, kamu mungkin telah menyadari bahwa lagu “Tavoryn” memiliki kesan yang cukup berbeda.
Bila dibandingkan dengan lagu-lagu lainnya di dalam album tersebut, “Tavoryn” memancarkan nuansa yang lebih minimalis, nyaris hening, namun lebih mengoyak emosi daripada karya-karya Arash Buana sebelumnya.
Mungkin sudah saatnya bagi Arash Buana untuk menjawab pertanyaan berikut:
Siapa sebenarnya Tavoryn?
“Tavoryn adalah mantan pertama aku. Aku enggak bisa mengungkapkan nama aslinya, tapi Tavoryn adalah nama social media handle dia,” tutur Arash Buana, yang beroleh nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) pertamanya pada tahun 2024 untuk kategori Artis Solo Alternatif Terbaik. “Alasan mengapa aku mengemas lagu ini dengan kemasan produksi musik yang lebih minimalis adalah karena aku ingin memberikan ruang yang lebih untuk perasaan aku terhadap Tavoryn.”
Faktor ‘perasaan’ juga menjadi alasan mengapa, khusus untuk karya musik yang satu ini, Arash Buana memutuskan untuk menyuguhkan gaya pelirikan yang lebih straightforward dan bebas dari makna ganda.
Ungkap Arash Buana lagi, “Sebelum aku menulis lagu ini, kebetulan hubungan romansa yang aku jalin pada saat itu baru saja usai. Tapi, entah kenapa, ketika aku memutuskan untuk merenung, apa yang terbersik di kepala aku malah ketika aku berpisah dari Tavoryn — padahal perpisahan itu sudah terjadi sekitar empat tahun yang lalu. Entah kenapa, aku selalu refleks membandingkan setiap perpisahan aku dengan perpisahan *pertama* aku tersebut.”
Pada akhirnya, tidak ada seorang pun yang bisa menyambut hari esok tanpa sebelumnya memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada hari lampau.
“Ketika aku memutuskan untuk menggali lebih dalam kenangan masa lalu tersebut, aku menyadari bahwa mungkin ada semacam ‘urusan’ yang belum selesai antara aku dan Tavoryn. Mungkin ada sesuatu yang seharusnya aku sampaikan kepada Tavoryn empat tahun yang lalu, tapi tidak aku sampaikan,” lanjut Arash Buana.
Dari segi musikalitas, “Tavoryn” turut mewakili identitas Arash Buana sebagai seorang penulis lagu. Lagi dan lagi, Arash Buana bersikukuh untuk meracik karya yang sepenuhnya berakar pada realita dan bukannya khayalan.
Kejujuran yang nyaris radikal ini telah menjadi kekuatan terbesar Arash Buana, dan “Tavoryn” menjadi contoh yang paling powerful.
“Aku rasa realisme dalam songwriting aku, termasuk untuk lagu ‘Tavoryn’ ini, disebabkan oleh fakta bahwa aku menjajaki profesi sebagai seorang penulis lagu sedari usia yang sangat dini,” refleksi Arash Buana mengenai evolusinya sebagai seorang musisi sejauh ini. “Aku melihat karya aku sebagai semacam ‘titik introspeksi’ hidup aku — dalam artian, menulis lagu adalah cara aku mendokumentasikan dan membedah apa yang hidup ini telah berikan padaku sejauh ini. Dan, entah kenapa, semakin spesifik dan personal ‘titik introspeksi’ tersebut, semakin relatable musikalitas aku di mata dan telinga para pendengar karyaku.”
Bulan Februari ini akan menjadi momentum yang patut disimak dari seorang Arash Buana.
Selain memperkenalkan (kembali) lagu “Tavoryn”, Arash Buana bersama Tap Projects akan mempersembahkan live event bertajuk “The Class of 2000’s: Arash Buana and The Nakamas” di Krapela, Row 9 pada tanggal 26 Februari 2025.
Meskipun live event ini bukanlah konser showcase untuk keseluruhan album Life Update, Arash Buana mengungkapkan bahwa “The Class of 2000’s: Arash Buana and The Nakamas” akan menjadi sebuah perhelatan yang cukup unik.
“Sepanjang live event bertajuk ‘The Class of 2000’s: Arash Buana and The Nakamas’ ini, aku akan berencana untuk membawakan beberapa deep cuts aku yang jarang dibawakan di panggung-panggung aku yang sebelumnya,” terang Arash Buana. “Di sini, ‘misi utama’ aku adalah memperlihatkan kepada para audiens nanti seperti apa isi jiwa aku sebagai seorang musisi. Mungkin live event ini bakal menjadi panggung aku yang lebih ‘liar’ dan lebih ‘fun’ ketimbang panggung-panggung aku yang biasanya.”
Terakhir dan tidak kalah penting, Arash Buana mengungkapkan bahwa “The Class of 2000’s: Arash Buana and The Nakamas” akan menjadi ‘pemanasan’ bagi rencana besar yang telah dia siapkan untuk tahun 2025 ini.
“Bisa dibilang bahwa perjalanan album Life Update akan berlanjut di tahun yang baru ini,” tutup Arash Buana.
“Tavoryn” beserta album Life Update oleh Arash Buana dirilis di bawah naungan label musik Friends Records dan bisa didengarkan di semua digital streaming platform (DSP) saat ini juga.