Tahun 2025 menandai 36 tahun perjalanan Grausig, band death metal pertama dan tertua di Indonesia. Terbentuk pada 1989 oleh Yahya Wacked (eks-vokalis Sucker Head), Grausig menjadi fondasi penting lahirnya skena metal ekstrem Tanah Air.
Formasi awal diisi Yahya Wacked (vokal/gitar) dan Jorghi Soebagio Erwin Djenawar (drum). Pada 1992, Erwin digantikan Robin Hutagaol (alm.), disusul masuknya Bay Isman (bass) dan Jorghi beralih ke gitar. Di tahun yang sama Grausig merilis demo single “Doomsday”. Tak lama kemudian, Bay dan Jorghi keluar, disusul Robin yang direkrut Sucker Head.
Tahun 1993, Yahya membentuk ulang Grausig bersama Denny Zahuri (drum), James Budiyanto (vokal), dan Bobby Faisal (bass/vokal latar). Heila Tanisan bergabung pada 1995 sebelum hengkang ke Tengkorak setahun kemudian. Posisi Yahya lalu digantikan Ricky Wisisena.
Pada 1997, Grausig merilis mini album “Feed the Flesh to the Beast” melalui Graveyard Production. Aksi panggung mereka yang brutal dan karismatik melesatkan nama Grausig secara nasional. Tahun 1999, lewat sub-major Independen Cords (Aquarius Musikindo), Grausig merilis album penuh “Abandon, Forgotten & Rotting Alone”, yang hingga kini dianggap sebagai magnum opus mereka di era 90-an.
Setelah vakum panjang, Grausig bangkit kembali pada 2011. Meski dihantam berbagai dinamika internal, mereka terus produktif merilis karya:
“In the Name of All Who Suffered and Died” (2013),
“Di Belakang Garis Musuh” (2016),
“Dogma Dunia Baru” (2018),
“Anomi” (2023), dan terbaru “Litani Agoni” (2025).
Dalam rangka perayaan 36 tahun Grausig, band ini menyiapkan setlist spesial yang merangkum lagu-lagu dari seluruh album dan siap mengguncang panggung kapan pun jadwal tersedia.
Formasi terkini Grausig (2025):
Denny Zahuri – drum
Agam – gitar
Kitink – gitar
Sultan – vokal
Hacker – bass
Grausig tetap berdiri sebagai trailblazer death metal Indonesia.
\m/ Hope to see you soon! \m/
