Musikeras kembali menghidupkan skena musik keras Ibu Kota lewat “Distorsi Gegap Gempita”, yang membakar Tease Club, Emporium, Sabtu malam (29/11). Dari deretan band yang tampil, ARCHSONIC dan Mazaiya menjadi sorotan utama berkat energi, kematangan, dan performa yang mencolok.

 

ARCHSONIC: Produktif, Solid, dan Mulai Berbahaya

Baru berdiri pertengahan 2024, ARCHSONIC bergerak cepat: 6 single dan 1 EP—total 8 rilisan—membuktikan mereka bukan sekadar pendatang baru. Di panggung Distorsi Gegap Gempita, mereka tampil dengan presisi dan rasa percaya diri yang matang.

Malam itu, ARCHSONIC menghadirkan kejutan: kolaborasi perdana dengan gitaris Mazaiya. Perpaduan skill keduanya terasa natural—Mazaiya tampil lincah, agresif, dan menyatu mulus dengan karakter sound ARCHSONIC. Kolaborasi ini menegaskan kapasitas keduanya untuk bersaing di level yang lebih luas.

ARCHSONIC mengisi setlist dengan “Rise” dan “Hypocrisy”, lalu menutup secara meledak-ledak lewat single terbaru, “Nepotisme”, yang disajikan dengan power dan ketajaman aransemen yang mengunci perhatian penonton. Singkatnya: ARCHSONIC makin matang, makin siap.

 

Puncak Malam: Energi Tak Mengendur

Menuju akhir acara, tensi terus naik. Blackhorses hadir dengan power trio yang bertenaga, lalu Stereowall memukau publik lewat debut vokalis barunya, Zevana Arga, yang memberi nuansa segar pada karakter band.

Penutup malam datang dari KILMS (eks-Killing Me Inside) dengan formasi terbarunya, menampilkan Melody Alcassia di vokal. Duet scream Chandra Erin dan vokal tajam Melody menciptakan ledakan emo/post-hardcore yang brutal sekaligus emosional—penutup epik bagi gelaran tersebut.

“Distorsi Gegap Gempita” bukan hanya bukti bahwa skena musik keras Jakarta tetap hidup—tetapi juga bahwa regenerasi berjalan kuat.

Dan di barisan terdepan pendatang baru yang siap meniup angin segar, ARCHSONIC kini berdiri dengan potensi besar dan produktivitas yang tak main-main.

Back To Top
copyright © dapurletter 2025