Festival Berani Beda 2025 hadir memperluas dialog lintas identitas di Indonesia dengan tema “Etika Bersama Keberagaman”.
Festival inisiasi Komisi Hak KWI, Tirta Bersemi, dan ICRP ini menyoroti polarisasi yang makin tajam akibat gelembung digital.
Acara yang digelar pada tanggal (21/11) bertempat di graha pemuda Katedral, Jakarta pusat dibuka dengan Lagu Indonesia Raya dan doa Romo Alusius Budi Purnomo, PR. Tokoh lintas agama turut hadir, seperti Olga Lidya, dr. Rahmat Hidayat Pulungan (PBNU), dan Monsinyur Christophorus Tri Harsono (KWI).
Dorong Perjumpaan Nyata di Tengah Polarisasi
dr. Rahmat menekankan pentingnya dialog langsung, sementara Monsinyur Tri Harsono mengingatkan keberagaman adalah fondasi sosial bangsa.
Olga Lidya menyebut masyarakat kini terjebak “digital bubble”.
Festival ini ingin mengembalikan ruang aman untuk bertemu, berkarya, dan berdialog.
Musik Satukan Perbedaan
Edisi perdana menghadirkan kompetisi band lintas agama, gender, daerah, hingga disabilitas. Meski persiapan singkat, antusias publik sangat tinggi.
Lebih Besar pada 2026: Hadirkan Lomba Film Pendek
Festival kembali pada Oktober 2026 dengan kategori baru: film pendek yang mewakili keberagaman Indonesia.
Kompetisi band tetap jadi program utama.
Hadiah lomba Festival Beranibeda 2025
Juara 1: Rp 15.000.000 (Starway)
Juara 2: Rp 10.000.000 (Elfasan)
Juara 3: Rp 5.000.000 (Sanurian)
Didukung oleh Triputra Agro Persada Tbk, SNG Xignature by GK, dan Eclectic Consulting.
Inti Pesan “Keberagaman adalah etika sosial yang harus dirawat setiap hari,” tegas Olga.
