“Exorcism” dan Panggilan Pertama dari Lorong Gelap Metalcore Indonesia

 

Indonesia kembali melahirkan amunisi segar di kancah metalcore. Datang dari sudut yang kelam, liar, dan sarat emosi, Lost of Sanity resmi merilis single debut berjudul “Exorcism”—sebuah hantaman sonik yang membawa pendengarnya menyelami sisi tergelap kesadaran manusia.

Band ini digawangi oleh Krisna a.k.a Krazor (vokal), Rangga (rhythm guitar), Eka (lead guitar), dan Bimo (drum). Mengusung modern metalcore dengan pengaruh dari Alpha Wolf, Shokran, The Ghost Inside, hingga Stranger, Lost of Sanity lahir bukan sekadar untuk menyalakan keributan, tetapi untuk memekikkan jeritan batin yang sering terpendam—patah, luka, dan jiwa yang terbelah.

“Lost of Sanity itu kehilangan kewarasan. Bukan gila dalam arti klinis, tapi liar dan tak terkendali di atas panggung. Nama ini lahir dari mimpi buat punya band yang bisa menendang batas,” ujar Rangga.

Proyek ini berawal dari ide spontan sang drummer, Bimo, yang mengajak Eka dan beberapa kawan musisi untuk membentuk sesuatu yang benar-benar melepaskan energi dan imajinasi tanpa batas. Setelah Krazor masuk dengan vokal dan liriknya yang menghujam, formasi lengkap pun siap merangsek.

Exorcism bukan sekadar lagu, tapi ritual pelepasan—mengusir “iblis” dari dalam diri, baik dalam makna spiritual maupun mental. Terinspirasi dari pengalaman pribadi orang terdekat Krazor yang mengalami Dissociative Identity Disorder (DID), lagu ini mengupas persepsi masyarakat tentang “kerasukan” yang sering disalahartikan.

Secara musikal, Exorcism menyuguhkan kombinasi modern metalcore dan post-hardcore yang kental: riff tajam, ghost note yang menghentak, ketukan ganjil, scream agresif, dan clean vocal yang melukai emosi. Pendengar akan dibawa naik-turun dalam atmosfer intens yang sulit dilepaskan dari kepala.

“Lagu ini lahir dalam satu malam, dari riff dan pola drum dasar yang kami buat di studio. Setelah lirik selesai, kami review berkali-kali sampai rasanya pas—kayak nyusun puzzle yang gelap,” ungkap Eka.

Jika harus merangkum Lost of Sanity dalam tiga kata, jawabannya adalah: Gelap. Liar. Terluka. Mereka mengangkat tema yang sering disembunyikan di balik senyum: depresi, krisis identitas, dan tekanan batin.

Bagi mereka, musik adalah jembatan menuju kejujuran emosional yang jarang mendapat ruang.

“Kami ingin orang-orang merasa didengar. Bahwa mereka nggak sendirian. Bahwa luka mereka nyata, dan mereka punya hak untuk bersuara,” kata Krazor.

Meski baru terbentuk, chemistry di antara personel terasa solid. Ego pribadi ditekan demi kekuatan lagu. “Pernah ribut soal part tertentu, tapi habis debat kita malah ketawa bareng,” tambah Rangga.

Dengan Exorcism sebagai amunisi awal, Lost of Sanity sudah menyiapkan peta pertempuran berikutnya: video klip, perilisan EP, hingga penampilan live yang dijanjikan akan meledak. Mereka bahkan terbuka untuk kolaborasi lintas genre—dari musisi pop progresif seperti Isyana Sarasvati hingga legenda death metal Deadsquad.

“Kami pengen bawa chaos ini ke dunia nyata. Exorcism baru awalnya,” tegas Krazor.

Exorcism kini tersedia di Spotify, Apple Music, dan YouTube.

Untuk sebuah band yang belum pernah menjejak panggung, ini adalah sirene keras pertama—panggilan untuk siapa pun yang siap menyelam ke kedalaman jiwa yang retak dan tak takut menghadapi kegelapan.

Back To Top
copyright © dapurletter 2025