Dan untuk membaca buku ini pembaca hanya perlu menggarisbawahi kata “kegembiraan”
Leon Ray Legoh, penggebuk drum dari band rock/metal/industrial, Koil, merilis karya segar nan mengejutkan yakni sebuah buku dengan judul “Dapur Rock N’ Roll: Di Antara Musik dan Masak”.
Diterbitkan oleh Penerbit MCM (Media Cendekia Muslim), buku ini merupakan pengisahan dua dunia yang ia gemari lebih dari 20 tahun ke belakang: bermain musik dan memasak.
Perilisan buku “Dapur Rock N’ Roll: Di Antara Musik dan Masak” sendiri bisa dibilang merupakan perwujudan mimpi Leon Ray Legoh yang sempat terkubur karena menurut pengakuannya, sejak kecil ia sempat memiliki angan-angan menjadi seorang penulis buku namun karena satu dan lain hal ia lantas mengurungkan niat tersebut—selain tentu saja karena waktu senggangnya lumayan terkuras oleh kegiatan bermusik dan memasak (plus bisnis kuliner).
“Gue emang senang baca (termasuk buku) dari kecil dan selalu terkagum-kagum dengan para penulis buku. Karena itu sempat juga punya cita-cita untuk menjadi seorang penulis. Kayaknya, tuh, jadi penulis keren aja, gitu. Tapi berhubung gak punya kemampuan untuk menulis, cita-cita itu hanyalah cita-cita. Kegiatan tulis menulis akhirnya hanya sebatas formalitas untuk keperluan promosi restoran,” katanya yang mengaku bahwa tulisan formalitasnya itu ia tuangkan ke blog dan X (saat itu masih twitter) dengan tanpa ekspektasi.
Menariknya, semesta justru mendukung. Dengan niat sekadar mempromosikan restoran yang ia dirikan bersama rekan satu bandnya Otong (vokalis Koil), yaitu RM Legoh, Leon justru secara tidak sadar tengah menggerakan mimpinya secara perlahan dan bisa dibilang aktif menuliskan berbagai catatan penting.
Dikatakan penting karena seiring waktu, catatan-catatan tersebut menarik minat banyak pembaca. Ia kerap dimintai tulisan baru dari waktu ke waktu oleh pembaca dan pelanggan setia RM Legoh. Pun tulisannya dianggap khas dan tidak sekadar berakhir sebagai tulisan yang bersifat promosial belaka.
“Ada sebuah momen khusus ketika teman gue, namanya, Wengky (Wiradi), bercerita kalau ia sering baca blog gue. Menurut dia tulisan-tulisannya menarik. Wengky juga menantang gue agar tulisan-tulisan itu dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku. Pada saat itu, gue jadi teringat lagi cita-cita menjadi penulis. Wah kalau gua berani ngambil tantangan ini gue bisa jadi penulis sungguhan. Meskipun kayaknya, kok, cemen banget yah tulisan-tulisan gue itu? Tapi rock n’ roll (sikat) sajalah. Akhirnya gue ambil aja tantangannya dan itu juga maksud dari makna diksi “Rock N’ Roll” dari judul buku ini. Ha-ha-ha,” papar Leon.
Ya, buku “Dapur Rock N’ Roll: Di Antara Musik dan Masak” adalah kumpulan tulisan yang tercecer dari blog dan media sosial berbasis teks/cuitan twitter circa 2007-2012-an.
Leon Ray Legoh lantas menyusun ulang kepingan puzzle yang tercecer itu menjadi karya sastra bermakna, tentang bagaimana ia berhasil menyelami lalu mendekonstruksi konsepsi dapur dan kegiatan musikal yang saling bersenyawa, baik untuk kepuasan batin atau sebagai jalan keluar agar “dapur”-nya tetap ngebul.
Dalam hematnya, buku “Dapur Rock N’ Roll: Di Antara Musik dan Masak” sendiri secara spesifik terbagi menjadi 19 Bab dengan 2 menu utama sebagai sajian sesuai judul: perihal musik dan masak yang mana dalam perjalanan hidup seorang Leon disadari atau tidak nyatanya saling terkoneksi satu sama lain, berkaitan, sedenyut senadi, bahkan kadung melekat tak terpisahkan sebagai persona diri di hari ini.
Dari Bab ke Bab, Leon bercerita bagaimana ia membangun secara perlahan pondasi karir sebagai seorang musisi bersama band yang membesarkan namanya, Koil, dan membangun tiang pondasi lainnya yang kelak juga membesarkan namanya di dunia bisnis kuliner.
Jurnalnya di wilayah kuliner ia bagi ke berbagai bahasan, mulai dari awal mula ia mencintai masak dan tetek bengeknya hingga ke riwayat penemuan menu ikonik macam Nasi Goreng Hitam, plus bonus bocoran resep-resepnya sebagai seorang koki dapur RM Legoh.
“Buku ini bercerita tentang pengalaman gue mengelola resto, jadi gak melulu tentang resep makanan, kebanyakan behind the scene sebuah makanan dibuat. Di sini gue bercerita tentang strategi dagang, jatuh bangunnya sebuah restolah, dan lain-lain. Jadi gue, tuh, mau orang yang baca buku ini bisa terinspirasi untuk berani mencoba hal baru, mencoba usaha sendiri. Pada naskah awal yang gue kasih ke penerbit tidak ada bab yang bercerita tentang dunia musik, sebenarnya. Tapi ada masukan dari penerbit kalau sosok gue tuh kata mereka udah kadung identik dengan dua dunia ini, musik dan masak. Akhirnya part-part di Koil juga gue masukin.”
Kisahan perjalanan dalam buku ini diakui Leon tidaklah sempurna tapi dengan begitu ia tengah meyakinkan kita semua bahwa untuk berani memulai segala sesuatu, kita, memang tidak perlu menjadi sempurna karena memulai itu sendiri adalah bentuk kesempurnaan lain yang layak untuk dicontoh.
Dan lagi dengan cermat ia merajut kisah-kisahnya ini dengan sangat ramah baca, gaya bahasa santai atau sehari-hari dan mudah dimengerti pembaca berbagai kategori dan selera, satu hal daya tarik utama lain dan keunggulan buku ini di luar narasinya yang memang meaningful.
Catatan yang juga tidak kalah penting, buku ini beroleh kata pengantar dari sahabat Leon, Ade Putri Paramadita (@misshotrodqueen), seorang culinary storyteller atau juga dicatat sejarah sebagai mantan road manager band Seringai.
Perilisan buku ini juga dibarengi dengan produk musikal pendamping, lagu berjudul “Bumbu Ajaib” dari proyek khusus yang diberi nama Leon and the Sous Chef Hats telah mengudara dan bisa didengarkan di berbagai layanan streaming musik macam spotify dan lain-lain.
“Memasak butuh kesabaran, konsentrasi, dan kegembiraan,” tutup Leon. Dan untuk membaca buku ini pembaca hanya perlu menggarisbawahi kata “kegembiraan” saja, kegembiraan yang perlu dirayakan dari seseorang yang berusaha mewujudkan cita-citanya dengan gegap gempita.
Buku “Dapur Rock N’ Roll: Di Antara Musik dan Masak” bisa dibeli/didapatkan di tautan berikut: https://bit.ly/BukuDapurRockNRoll
