Laufey Umumkan Album ‘A Matter of Time’ dengan Single “Tough Luck”

  • Bagikan

Laufey berbagi, “’Tough Luck’ adalah lagu penuh amarah tentang cinta yang gagal. Aku ingin menunjukkan sisi diriku yang lebih marah—sisi yang muncul karena hubungan yang menyakitkan.”

 

Musisi, penggiat, produser, dan multi-instrumentalis berdarah Islandia-Tiongkok pemenang Grammy Awards, Laufey , resmi mengumumkan album terbarunya yang sangat dinantikan, ‘A Matter Of Time’ , yang akan dirilis pada 22 Agustus mendatang melalui Vingolf Recordings / AWAL.

Sebagai lagu pengantar menuju perilisan album ketiganya nanti, Laufey merilis single terbarunya, “Tough Luck”.

Mengenai lagu ini, Laufey berbagi, “’Tough Luck’ adalah lagu penuh amarah tentang cinta yang gagal. Aku ingin menunjukkan sisi diriku yang lebih marah—sisi yang muncul karena hubungan yang menyakitkan.”

Single sebelumnya, ” Silver Lining ” menjadi cuplikan pertama dari album ini mendatang.

Bulan lalu Laufey juga sempat memberikan bocoran kecil melalui penampilan spesialnya bersama Gustavo Dudamel dan LA Philharmonic di Coachella, serta saat membawanya juga dalam penampilan di New Orleans Jazz Fest.

Kini dengan ‘A Matter of Time’ , Laufey semakin memperdalam ciri khas musiknya yang menyatukan elemen jazz, klasik, dan pop, namun kali ini ia mengambil pendekatan yang lebih bebas dan tanpa memiliki batasan apapun.

“Aku terus memikirkan cara menjaga dan menghormati musik klasik dan jazz. Tapi untuk album ini, aku ingin membiarkan hatiku mengembara,” papar Laufey.

Untuk album ini, Laufey bekerja sama dengan dua produser yaitu Spencer Stewart yang sebelumnya telah menjadi sosok penting dalam membentuk suara Laufey di dua album terdahulunya, serta Aaron Dessner, salah satu produser utama Taylor Swift pada album ‘Folklore’ dan ‘Evermore’, yang menjadi sosok baru dalam proses kreatif Laufey yang dikenal piawai membantu musisi membuka sisi lebih emosionalnya.

Kebebasan eksplorasi ini membuka ruang bagi Laufey untuk menggali tema-tema yang lebih kompleks dan personal.

“Orang-orang mungkin membayangkan aku sebagai sosok dengan gaun cantik, kisah romantis, dan musik yang manis,” ungkapnya. “Tapi kali ini, aku ingin melihat sisi diriku yang paling rapuh dan menatap langsung ke cermin.” Melalui pendekatan yang lebih jujur dan berani, Laufey menjelajahi arti dari cinta yang nyata dalam segala bentuk dan ketidaksempurnaannya.

Setiap proyek musik Laufey terasa seperti lembaran baru dalam buku hidupnya.

Jika album ‘Everything I Know About Love’ ( 2022) menggambarkan kisah coming-of-age saat meninggalkan kampung halamannya, dan ‘Bewitched’ (2023) menyelami cinta pertama dengan segala keajaibannya, maka ‘A Matter of Time’ akan menjadi potret Laufey yang reflektif, dewasa, dan tentunya lebih terbuka.

Dengan isian orkestra yang megah, nuansa bossa nova yang lembut, dan vokal altonya yang telah menjadi ciri khasnya, Laufey kembali membuktikan kemampuannya dalam merangkai musik yang terasa “timeless”, namun tetap terasa sangat personal.

 

 

Tentang Laufey

Laufey (dibaca lāy-vāy ) adalah musisi, kolektor, produser, dan multi-instrumentalis berdarah Islandia-Tiongkok berusia 25 tahun. Lagu-lagunya terinspirasi dari para legenda jazz dan amatir klasik, namun dibalut dengan sudut pandang seorang perempuan muda abad ke-21 yang tumbuh di era digital. “ Tujuan utamaku adalah mengenalkan jazz dan musik klasik ke generasiku melalui pendekatan yang lebih mudah diakses, ” jelasnya.

 

Dibesarkan di Reykjavík dan Washington, DC, Laufey mulai belajar piano dan cello sejak kecil, lalu melanjutkan pendidikannya di Berklee College of Music. Di sanalah ia menulis EP debutnya, ‘ Typical of Me ‘ (2021), dengan single “Street by Street” yang langsung menempati posisi No. 1 di radio nasional Islandi —pencapaian pertama dari sederet prestasi luar biasa yang menyusul. Kini, Laufey telah mencatat lebih dari 5 miliar streaming secara global, mengumpulkan 25 juta pengikut di media sosial, memecahkan rekor sebagai album debut jazz terbesar dalam sejarah Spotify, dan menembus Billboard Top 20 lewat albumnya ‘ Bewitched’ . Ia juga meraih berbagai sertifikasi Platinum, masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30, serta dinobatkan sebagai salah satu dari TIME’s Women of the Year 2025.

Laufey telah menjual habis tiket konser di berbagai panggung ikonik seperti Hollywood Bowl, Radio City Music Hall, dan Royal Albert Hall di London. Ia tampil bersama orkestra ternama seperti LA Philharmonic, National Symphony Orchestra, dan China Philharmonic Orchestra; berbagi panggung dengan musisi seperti Jon Batiste dan Raye, serta berkolaborasi lintas genre dengan nama-nama seperti Beabadoobee hingga Norah Jones. Baru-baru ini, Laufey juga mengumumkan pendirian The Laufey Foundation yang bertujuan mendukung musisi muda khususnya melalui orkestra pemuda agar mereka dapat mengakses sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya.

 

Setelah sukses menggelar tur Asia yang seluruh tiketnya terjual habis tahun lalu termasuk di Singapura, Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Jepang, dan Taipei, Laufey terus mencatat jejak yang kuat di kawasan Asia. Ia juga mencatat performa streaming yang tinggi, dengan Filipina peringkat #2, disusuli oleh Indonesia di peringkat #3, dan Malaysia di peringkat #9 sebagai tiga pasar terbesarnya secara global.

  • Bagikan