Sosok Rangda, ratu sihir dari mitologi Bali yang dikenal lewat cerita rakyat dan pertunjukan tradisional, kini hadir dalam bentuk baru. Melalui kolaborasi antara produser musik elektronik, OMEMI (@omemi.music), dan seniman visual MAHH_ART (@mahh_art), karakter legendaris ini dihidupkan kembali dalam karya berjudul “RANGDA” yang dirilis hari ini.

Dalam lagu ini, OMEMI memadukan irama neurofunk drum & bass yang intens dengan unsur gamelan pelog, salah satu tangga nada tradisional dari Jawa dan Bali. Hasilnya adalah musik dengan suasana yang gelap, liar, tapi tetap terasa terstruktur dan penuh energi.

“Dalam “RANGDA,” saya mencoba menyatukan sound design berbasis elektronik dengan ambient mistis khas Gamelan Bali. Beat pada track ini dibangun secara progresif, mulai dari 1 notasi gamelan pembuka, terus berevolusi menuju part “drop” yang dihimpun oleh lapisan-lapisan synthesizer, elemen glitch dan noise yang disusun secara spasial. Aransemen ini sengaja saya rancang untuk mencerminkan kekuatan liar dan ‘chaos’ dari karakter mitologis Rangda,” ucap OMEMI.

Namun “RANGDA” bukan hanya soal musik. Figur Rangda diinterpretasikan ulang sebagai simbol kekuatan perempuan yang misterius, kuat, dan tidak mudah dikendalikan. Ia bukan hanya tokoh jahat dalam cerita lama, tapi juga lambang dari kekuatan alam dan spiritual yang perlu dipahami lebih dalam.

MAHH_ART memperkuat cerita ini lewat karya visual digital yang diciptakan secara khusus.

Lewat kombinasi motion design, patung digital, dan simbol-simbol budaya, ia membangun suasana visual yang sejalan dengan energi musiknya. Karya ini bukan sekadar pelengkap, tapi bagian penting dari pengalaman menyeluruh yang ditawarkan.

Berbeda dengan penggambaran Rangda yang sering menjadi tokoh jahat dalam cerita rakyat, sebenarnya ia adalah sosok ibu, pelindung, dan perempuan yang menuntut keadilan.

Ketakutannya berasal dari luka, kehilangan, dan pengkhianatan, hingga membawanya pada kekuatan spiritual, bukan sekadar dendam. Bagi MAHH_ART, Rangda bukan horor, melainkan simbol kebangkitan dan suara perempuan yang tak lagi dibungkam.

“Secara visual, saya terinspirasi dari topeng tradisional Rangda. Mata yang membelalak, taring tajam, dan rambut liar menggambarkan energi yang kuat namun tidak stabil. Cemerlang sekaligus berbahaya. Hal ini selaras dengan kisah Rangda sebagai sosok dengan kekuatan tak terkendali yang membuatnya ditakuti,” ungkap MAHH_ART.

Kolaborasi ini juga terinspirasi dari tren terkini di dunia musik dan seni, di mana pertunjukan visual menjadi bagian penting dalam pengalaman musikal.

Di Indonesia, kita bisa melihat pendekatan serupa pada karya-karya dari Isyana Sarasvati, Hindia, dan lainnya, yang memadukan musik dengan cerita visual yang kuat.

Lewat “RANGDA”, OMEMI x MAHH_ART ingin menunjukkan bahwa warisan budaya Indonesia bisa diangkat kembali dalam bentuk yang segar, relevan, dan berani tanpa kehilangan akar dan maknanya.

“Salut dengan eksplorasi etnik di lagu ini tanpa meninggalkan spirit dari karakter instrumennya. Tentu saja kemasan ini jadi lebih atraktif dan tidak bisa menahan untuk menggerakan badan ketika diputarkan di manapun” papar Angkuy, Bottlesmoker.

“Killer Neurophunk vibe meets switching traditional Indonesian sound cuts at its finest by one of the finest new talents on the scene. Dance floor ripper guaranteed”, kata Jerome Chandra, pendiri Javabass.

“RANGDA” kini tersedia di seluruh platform streaming, termasuk Spotify, Youtube dan Bandcamp. Tonton Official Music Video “RANGDA” di Youtube, dan unduh materi visual lainnya melalui tautan berikut ini.

 

 

 

Tentang OMEMI

OMEMI adalah produser musik dan DJ asal Bandung, Indonesia. Karya-karyanya dikenal karena kemampuannya menyatukan elemen bass music modern, mulai dari dubstep, glitch hop, hingga drum & bass, dengan pengaruh musik ‘ethnic’ yang khas.

Pendekatan OMEMI dalam meng-crossover genre menghasilkan kombinasi unik antara beat yang menghentak dan melodi yang penuh kejutan, mengangkat narasi etnik ke dalam atmosfer elektronik yang berani dan eksperimental.

 

 

Tentang MAHH_ART

MAHH_ART adalah seniman visual berbasis di Indonesia yang praktik seninya berada di persimpangan antara tradisi Indonesia, Oriental, dan Gothic. Ia bekerja dalam medium patung digital, desain gerak, dan komposisi simbolik dengan pendekatan yang menelusuri mitologi pribadi, ketegangan spiritual, dan memori leluhur.

Karya-karyanya membentuk dunia visual yang emosional dan penuh ambiguitas sakral, di mana kegelapan bukan sesuatu yang disembunyikan, tetapi diolah sebagai bentuk penebusan dan persembahan.

Back To Top
copyright © dapurletter 2025