Setelah sukses merilis enam single untuk Debut Album pertamanya, akhirnya Southeast merilis Album bertajuk “Deluge”.
Dirilis pada 13 Juni 2025, album ini menjadi Album pertama Southeast setelah perjalanan 5 tahun terbentuk di tahun 2020.
Southeast sendiri adalah Trio Band yang mengusung Pop R&b dalam sasana musik Indonesia, Southeast menuangkan berbagai perasaaan yang dihadirkan dari sebuah lagu sebagai media untuk mengekspresikan sebuah rasa, frase, pikiran dan juga alunan dari berbagai macam warna berbeda dalam setiap lagunya. Itulah mengapa lagu-lagu dari Southeast sangat mudah dicerna dan easy-listening bagi para pecinta musik tanah air.
Dengan warna pop R&B, Soul bahkan Ballad “Deluge” adalah perjalanan emosional dalam bentuk sembilan lagu — tentang cinta yang datang perlahan, tumbuh, lalu perlahan juga harus dilepas.
Album ini menggambarkan “banjir perasaan”, bukan yang pembohong atau meledak-ledak, tapi mengalir dengan tenang. Seperti hujan yang tak disadari berubah menjadi badai, begitu juga kisah cinta di album ini: dimulai dari PDKT, naik turun emosi, hingga akhirnya berpisah… bukan karena drama, tapi karena sudah waktunya.
“Gue bikin lagu ini karena lagi jatuh cinta. Katanya, kalau kita simpan seseorang di lagu, dia bisa abadi. Jadi ini semacam cara kecil gue buat mengabadikan rasa itu, manis, gugup, dan tulus banget.” ungkap Tenggara.
“Deluge” ditulis oleh Fuad Muhamad sang vokalis dan Egi Widian sang gitaris, dan diproduseri oleh Avi Muhamad (Gitaris dari RZD Darmawangsa) di Housie Studio Bandung.
Proses mixing dan mastering dipercayakan pada Envici (Digital Feel Records) menghasilkan lagu yang semakin kuat secara emosi.
Secara musikal, “Deluge” memadukan sentuhan klasik dan Modern dari lagu-lagu cinta dengan elemen musisi yang kami dengar seperti Jesse Barrera, Jeff Bernat, Keshi, Wave To Earth, 10cm dan musisi Indonesia seperti Coldiac, Paul Partohap. Perpaduan ini menciptakan suasana yang nostalgia namun tetap segar, membuat lagu ini mudah diterima lintas generasi.
Setiap lagu adalah fase — dari rasa penasaran, euforia jatuh cinta, hingga pelan-pelan sadar bahwa akhir mungkin lebih baik daripada bertahan.
Bukan kisah remaja penuh ledakan emosi, tapi cinta yang matang: sadar, tenang, dan pada akhirnya, melepaskan dengan kepala tegak meski hati remuk.