Dalam Rangka HARI KARTINI, band ANTITESIS Lepaskan Lagu Baru ‘MARSINAH’

  • Bagikan

Bertepatan di tanggal hari kelahiran Kartini, band thrash metal yang basecamp-nya di Surabaya, Antitesis, sengaja merilis lagunya yang berjudul “Marsinah” pada 21 April 2025. Lagu mereka dapat diakses di berbagai layanan digital platform streaming.

Marsinah adalah tokoh perempuan yang berani melawan penindasan di masa orde baru, kisaran 100 tahun setelah era Kartini. Marsinah adalah penerus tongkat estafet perjuangan Kartini melawan dominasi.

“Peristiwa Marsinah yang pabriknya di Porong, Sidoarjo, begitu dekat dengan kami, sehingga memori atas peristiwa tersebut begitu melekat,” ucap Sesar, gitaris Antitesis yang juga penulis lirik.

Untuk diketahui, Marsinah saat itu merupakan buruh perempuan PT CPS Porong. Ia adalah pelopor gerakan protes menuntut kenaikan upah. Di tahun 1993 setelah demonstrasi di tanggal 3 Mei, lima hari kemudian di tanggal 8 Mei ia ditemukan tewas dengan keadaan mengenaskan di hutan di daerah Jegong, Nganjuk.

Hingga sekarang, kasus ini belum juga tuntas. Sebagai bentuk penghormatan keberaniannya melawan ketidakadilan itu, Antitesis membuat lagu berjudul “Marsinah”.

“Bahwa seorang Marsinah layak untuk diberi gelar pahlawan wanita, berkat perjuangan beliau sekarang undang-undang tenaga kerja lebih memfasilitasi hak-hak buruh dan wanita,” ucap Sesar.

“Lagu marsinah tidak hanya sebagai pengingat atas peristiwa sadis yang masih gelap kejelasannya namun juga sindiran atas jargon ‘piye kabare penak jamanku toh’ padahal di jaman orde baru masyarakat diatur secara represif tidak merdeka untuk bicara dan berpendapat,” imbuh Sesar.

Di dalam lirik pembuka, Antitesis menulis dengan sarkas mengubah slogan yang dibuat Kartini “habis gelap terbitlah terang” dengan “habis gelap tetaplah gelap”. Ini adalah respon kritis melihat situasi perayaan Hari Kartini yang tidak menyentuh makna yang sesungguhnya.

“Itu sindiran terhadap Hari Kartini yang temanya itu-itu saja tapi pembunuhan marsinah masih tidak jelas kabarnya,” kata Sesar.

Sebelum “Marsinah” ini, Antitesis di lagu-lagunya memang selalu menyertakan liriklirik kritik sosial. Sebut saja beberapa single seperti “Novi (Percuma Lapor)”, “Kampanye Hitam”, “Korupsi” dan lain-lain.

Menurut Sesar, mereka menulis seperti itu karena sejak awal berdiri pun band ini diberi nama Antitesis sebagai bentuk kritik.

“Secara sederhana, antitesis berarti pertentangan atau kebalikan sehingga kami mencoba memberikan pandangan atas sisi lain dari kehidupan sosial dan politik di Indonesia yang mungkin berlawanan dengan pendapat umum. Dan hal ini tercermin dari logo band Antitesis yang miring ke kiri dan tidak seimbang,” ucapnya.

Di jalur musik thrash metal, lirik-lirik mereka mendapat panggungnya. Kritik dapat disampaikan dengan lugas dengan corak musik yang cepat, keras, dan tidak bertele-tele. Inspirasi bermusik Antitesis itu datang dari band seperti Sepultura,

Pantera, dan Metallica. Meskipun begitu, musik Antitesis sendiri ingin menjadi original dengan menggabungkan unsur technical, thrash, dan groove metal.

 

TENTANG ANTITESIS

Antitesis berdiri sejak tahun 2009. Ide awal berdirinya band ini adalah sebagai cover band Megadeth yang kemudian bertransformasi menulis lagu sendiri. Dalam perjalanannya tentu telah bongkar pasang personil hingga hari ini yang masih tersisa sedari formasi awal adalah Sesar (gitar) dan Awank (drum).

Antitesi eksis dari tahun 2009 hingga 2016 hingga akhirnya harus hiatus dan bangkit lagi pada tahun 2020 disela-sela musibah Covid-19. Saat ini personil Antitesis adalah Sesar (gitar), Awank (drum), Dani (vokal) dari band BlackJack, dan

Raynold ex-bassist dari band G.A.S sehingga dengan perubahan personil ini memiliki latar belakang style music yang beragam dari thrash metal, black metal, grindcore, hingga groove metal.

  • Bagikan