“Tetap Tersenyum di Dunia yang Sakit”. Sebuah lagu yang lahir dari pergulatan emosi, membawa pesan harapan di tengah kepahitan hidup. Melalui melodi yang melankolis namun tetap menghangatkan, band ini menyelipkan pesan
mendalam: meski dunia tak selalu ramah, kita masih punya alasan untuk bertahan—dan tersenyum.
Lagu ini adalah perjalanan dalam ruang jiwa yang sunyi. Pada verse pertama, pendengar diajak untuk merasakan kelelahan seseorang yang terus berjalan meski langkahnya goyah. Lalu, pre-chorus mengajak kita untuk sejenak berhenti dan menarik napas, lalu mengontrol kembali tempo pernapasan: waktu terus bergerak, hidup tak berhenti menyakiti, tapi ada satu hal yang tak bisa direnggut—cahaya yang terus menembus di setiap cela.
Chorus menjadi klimaks emosi. Dengan lirik yang mengalun seperti distorsi sunyi, lagu ini menegaskan bahwa tersenyum bukan berarti menyerah. Tersenyum adalah bentuk perlawanan, sebagai tameng bagi jiwa yang nyaris runtuh.
Kemudian, pada post-chorus, ada pengakuan pahit: kadang kita merasa bodoh, membiarkan dunia menguasai kebahagiaan kita. Tapi, adakah jalan lain? Ataukah satu- satunya cara untuk bertahan adalah menerima luka, merangkulnya, dan tetap tersenyum di tengahnya?
Pada verse kedua, ada ajakan untuk bangkit, untuk tak membiarkan duka menelan diri. Ini bukan lagu yang meminta kita untuk berpura-pura bahagia, melainkan lagu yang mencoba untuk melihat dari sudut lain bahwa di antara luka-luka yang membekas, masih ada ruang untuk ketenangan, masih ada alasan untukbertahan, masih ada ruang untuk berbagi senyum dan kasih.
Refrain kembali menegaskan pesan ini: dunia memang sakit, tapi kita masih bisa memilih untuk tersenyum.
Lagu ini adalah lagu ke-7 dalam perjalanan berkarya Stupid Twelfth dan tergabung dalam debut album “Butterfly Indiestortion”. “Tetap Tersenyum di Dunia yang Sakit” sudah tersedia di berbagai platform music streaming
kesayangan anda, seperti Apple Music, Spotify, Deezer, Joox, iHearthradio, Youtube Music, Soundclod dan lain-lain.