Nymphea akan rilis Album Baru

Dalam skala Pulau Dewata reputasi Nymphea lumayan perkasa. Dalam skala tanah Jawa—utamanya Malang, Surabaya serta Jakarta—kuartet Alternative Rock ini bisa dibilang cukup ternama. Good enough. Well, is it good enough good enough? Sari (vokal), Sogol (gitar), Sodick (bas), dan Aguzt (drum), sepakat menyahut: “Tidak!”. Sepucuk mini album, sekumpulan kompilasi, sederet pertunjukan intens lintas pulau, segepok jejeritan meriah dari penonton, sesuap popularitas porsi menengah, masih dirasa belum cukup. Ada dua destinasi penting yang harus dicapai demi meraih Nymphea nan tata tentram kerta raharja: sebuah album (perdana) penuh sekaligus respek skala nasional.

Secara kebetulan manajemen Nymphea bertemu dengan Tony Trax. Pemilik Proton Records ini mulanya hanya diminta membantu di departemen promosi. Skema relasi beringsut berubah arah saat Tony mulai lancang merecoki wilayah berkesenian Nymphea. Dengan jumawa Tony merombak ulang Bukan Malaikat yang tadinya keras lagi cepat, disulap menjadi tembang sejuk semilir, totally stripped down a.k.a. acoustic. Bukan itu saja, titelnya dipreteli hingga tinggal Malaikatmu. Band bentukan 4 Januari 2005 ini tentu terjengkang kaget. Terbelalak penuh heran sebab justru jurus transformasi macam begitu mampu menyeruakkan nuansa manis campur magis, aspek yang sebelumnya sama sekali tak terungkap, digjaya dimunculkan ke permukaan. Edan.

 

Nymphea punya karya cemerlang.

Segera saja band yang namanya berasal dari istilah Bahasa Inggris “Nymph” (bidadari) ini meminta Tony menjadi produser album debut mereka.

Asli, kongsi potensi mumpuni Nymphea vs aksi slonong-boy Tony berimplikasi ajaib: sengkarut tapi serasi. Kalut tapi sakti. Dan 12 dendang dengan apik tereksekusi. Suara dan raga Sari yang, ahem, setengah bidadari pun lebar-optimal tereksplorasi. Belum lagi peran serta Dankie (Navicula) + Dizta (Discotion Pill) duhai jitu melengkapi. Sekarang tinggal publik muda Nusantara saja, apa bersedia pasang telinga, membuka hati dan memberi permisi