Aftertones Lempar sebuah single “COMA”

Aftertones Lempar sebuah single “COMA”

COMA adalah singkatan dari pesan yang ingin disampaikan oleh Aftertones, yaitu: Crying Over Myself Again, yang memiliki arti “menangisi diriku lagi” dan menjadi single kedua Aftertones pada tahun 2024. 

Seiring maraknya fenomena gagal move-on, atau biasa disingkat menjadi “gamon”, tentu Aftertones memiliki cara sendiri untuk menciptakan syair yang akan mewakili para korban fenomena “gamon” tersebut, khususnya bagi mereka yang sangat merindukan kasih sayang melalui bahasa cinta fisik yang pernah diberikan oleh mantan kekasih. 

Meskipun dibalut oleh konsep berkonteks dewasa, Aftertones tetap berani menunjukkan ciri khas mereka dalam menciptakan musik dengan menciptakan alunan yang sensual dan groovy. Aftertones telah merilis COMA pada tanggal 14 Juni 2024 secara digital dan telah tersedia di berbagai platform streaming seperti Spotify, Apple Music, YouTube, Deezer, dan lainnya. Mereka berharap rilisan ini akan menjadi jembatan bagi mereka untuk meraih pendengar musik dari seluruh dunia serta menjadi pengantar bagi album terbaru mereka di masa mendatang.

Dalam proses rekaman, Aftertones merekam dan mengolah lagu ini secara mandiri atau home recording di rumah salah satu personel mereka yang dioperasikan oleh salah satu anggota mereka sendiri.

Berawal dari sebuah materi yang hanya terdiri dari alunan MIDI piano dan vokal, seluruh anggota Aftertones akhirnya berinisiatif untuk melengkapi materi tersebut dengan ide yang ada di masing-masing kepala individu. Mulai dari alunan bass yang menjadi ciri khas musik 80-an yang mellow groovy, warna suara gitar yang bersih, hentakan drum yang konsisten, piano listrik sederhana, alunan perkusi sebagai pelengkap untuk memberikan nuansa tropis pada musiknya, lalu diakhiri oleh notasi saxophone dan synthesizer yang kompleks untuk memberikan sedikit nuansa jazzy.

Secara aransemen, lagu ini cukup sederhana karena dari menit awal sampai pertengahan lagu, tidak memiliki chorus melainkan hanya memiliki bagian lirik yang diulang untuk menciptakan sebuah punchline. Lirik yang disajikan dalam lagu ini cukup mudah dimengerti karena pemilihan kosakata yang digunakan dipilih dengan sangat hati-hati karena Aftertones ingin tetap memberikan karya dalam Bahasa Inggris yang juga dapat dimengerti oleh sebagian besar pendengar mereka yang berbahasa Indonesia. Semua ini dibalut dengan alunan mellow yang menggugah nafsu untuk berdansa hingga alunan agresif dengan solo instrumen yang kompleks.

Salah satu tantangan yang dihadapi Aftertones dalam merekam dan memainkan lagu ini adalah ketika masing-masing dari mereka harus bersabar dalam menahan dorongan untuk bermain dengan sikap “show-off”. Hal ini karena lagu ini harus dimainkan dengan gaya minimalis, rapi, dan apik agar dapat memenuhi kriteria “pocket music”.

Dalam proses kreatif, Aftertones juga membuat segala aset untuk mempromosikan lagu ini secara mandiri atau dengan prinsip DIY (Do It Yourself). Dengan dukungan dari fotografer dan videografer mereka, yaitu Garizah (Martha Setiawan), mereka berhasil menciptakan sebuah video lirik dan foto untuk artwork lagu ini yang diperagakan oleh Afra Shafrina.

Dari segi alur cerita, lagu ini menggambarkan situasi yang mungkin sering terjadi di kota-kota besar, seperti perasaan rindu belaian seorang pasangan dalam sesi “One Night Stand”. Oleh karena itu, diperlukan ide dan visual yang sedikit mengarah ke sudut pandang seorang individu yang sedang merasakan kasih sayang dalam bentuk fisik, yang kemudian diakhiri dengan tantrum hebat karena ditinggalkan oleh pasangan yang memberikan kasih sayang tersebut.

Single