Meski hanya punya waktu latihan dua hari, dan rekaman dilakukan di dua studio berbeda, Theana justru tampil percaya diri.
Salah satu impian lama BASEJAM akhirnya terwujud di tahun 2025: menciptakan lagu bertema anak-anak, dinyanyikan bersama anak-anak, dan dirilis tepat di Hari Anak Nasional.
Tapi tenang—lagu ini bukan lagu anak-anak biasa. “MABAR”, judulnya, hadir dengan semangat kekinian, lirik yang jujur, dan aransemen yang tetap terasa matang.
Lagu ini ditulis oleh Alsa dan Sita, dan diproduksi dalam waktu sangat singkat.
Meski ide sudah muncul sejak awal tahun, proses kreatifnya baru benar-benar dimulai pada awal Juli, dan harus rampung sebelum pertengahan bulan demi mengejar rilis pada 23 Juli.
“Ini mungkin lagu tercepat yang pernah kami buat. Kami sangat berterima kasih pada semua pihak, terutama Theana, teman baru kami yang luar biasa,” ujar Sita.
Theana Alexandra, penyanyi cilik yang berkolaborasi di lagu ini, bukan anak biasa.
Di usianya yang masih 10 tahun, ia sudah menunjukkan musikalitas tinggi. Tak heran—darah seninya mengalir dari sang kakek, A. Riyanto, komposer besar era ’80-an, dan ibunya, Lisa A. Riyanto, penyanyi populer di era ’90-an.
“Sejak awal kami ingin ada suara anak di lagu ini, biar terasa nyata. Dan Theana pas banget—suaranya jujur, ada nuansa cuek khas anak-anak, dan bikin lagu ini terasa seperti obrolan antara anak dan orangtua,” tambah Sigit.
Meski hanya punya waktu latihan dua hari, dan rekaman dilakukan di dua studio berbeda, Theana justru tampil percaya diri.
Di bawah arahan pelatih vokal Leona Untari, ia berhasil menangkap karakter si anak yang ingin main bareng tapi tetap bertanggung jawab dengan tugas sekolahnya.
“Kami terkesan banget—rekaman Theana cuma butuh waktu kurang dari sejam. Tapi hasilnya, luar biasa,” kata Alsa.
Lewat “MABAR”, BASEJAM menyuguhkan lagu anak yang segar, penuh semangat, dan relevan dengan keseharian anak masa kini—tanpa kehilangan kualitas musikal mereka yang khas.
“MABAR” Jadi Cermin Keseharian Anak dan Orangtua, Theana: “Itu Aku Banget!”
Saat pertama kali membaca lirik lagu “MABAR”, Theana langsung merasa terhubung.
“Waktu baca liriknya, aku langsung mikir, ini aku banget, juga temen-temenku. Terus pas nyanyi bagian ‘OKE’, rasanya kayak lagi jawab mama yang nyuruh berhenti main,” kata penyanyi cilik berusia 10 tahun itu.
Proses rekaman lagu ini berlangsung cepat dan efisien. Theana merekam vokalnya di sore hari, lalu Alvin dan Sigit menyusul di malamnya.
“Begitu semua rekaman selesai dan datanya digabung, langsung nyatu banget rasanya. Bahkan anak saya yang baru 6 tahun ikut nyanyi waktu nemenin saya di studio,” cerita Alvin.
Lagu “MABAR” memang sengaja dibuat dari dua sudut pandang: anak dan orangtua. Di satu sisi, anak-anak zaman sekarang sering “main bareng” alias MABAR bareng teman-temannya secara online. Tapi di sisi lain, orangtua tetap merasa perlu mengingatkan anak untuk tidak lupa belajar dan mengejar cita-cita.
Lagu ini hadir bukan untuk menghakimi, melainkan sebagai jembatan dialog antara dua dunia: anak-anak yang sedang tumbuh dan ingin bebas berekspresi, dan orangtua yang ingin membimbing tanpa membatasi.
“Ide awal lagu ini datang dari kebiasaan keponakan saya dan anaknya mbak Sita yang usianya sekitar 8 tahun. Kalau lagi asyik MABAR, dipanggil berkali-kali juga tetap gak nyaut. Dari situ muncul ide lirik, ‘tapi kalo mama papa udah manggil, langsung jawab, jangan pura-pura ghoib’,” jelas Alsa sambil tertawa.
Oni, salah satu personel BASEJAM, juga mengaku merasa relate.
“Pas baca liriknya, langsung keinget masa kecil. Beda zaman, tapi tetap aja, anak pengen main terus, orangtua selalu cerewet ngingetin. Lucu sih, tapi nyata,” katanya.
Dari sisi musik, “MABAR” dibungkus dengan aransemen yang penuh detail. Nuansa permainan dan sound yang dipilih menggambarkan suasana bermain game—ringan tapi dinamis.
“Secara musikal, saya puas banget. Meskipun kami rekaman di kota berbeda, chemistry-nya tetap terasa. Gak sabar pengen lagu ini segera didengerin banyak orang,” tutup Alsa.