THEIST Umumkan Mini Album kedua “Post-God Apocalypse”

Dalam mini album kedua mereka, “Post-God Apocalypse”, THEIST mengeksplorasi dimensi sebuah dunia atau keadaan setelah kehancuran besar yang melibatkan entitas ilahi atau konsep ketuhanan.

Album ini berisi empat komposisi yang menyuguhkan sound yang lebih modern dan aransemen yang epic, dipadukan dengan nuansa liturgis yang menggetarkan jiwa.

Melalui lirik dan melodi yang menggema, album ini mengajak pendengar merenungkan pertanyaan filosofis tentang makna dan tujuan hidup setelah kejatuhan kepercayaan dan divinitas.

Perjuangan eksistensial dan refleksi tehadap nilai-nilai kemanusian dalam pandemonium.

Proses pembuatan “Post-God Apocalypse” adalah sebuah perjalanan panjang yang melibatkan dedikasi dan kreativitas tanpa batas.

Album ini mulai dikerjakan di Bandung pada awal tahun 2024, dengan setiap anggota band memberikan kontribusi penuh dalam penulisan lirik, komposisi musik, dan aransemen. M. Fauzi, sebagai gitaris dan pendiri band, juga merangkap sebagai produser, sound engineer, mixing dan mastering engineer, memimpin sesi-sesi kreatif di dua studio, Derau Suara Studio miliknya dan studio pribadi milik band Billfold.

Dalam proses rekaman, THEIST memadukan teknologi modern dengan alat musik klasik, menciptakan harmoni yang unik dan khas untuk album ini. Penggunaan sound fx, sampler, dan aransemen orkestra memperkaya elemen liturgis dan orkestra yang epic, menghasilkan dimensi suara yang mendalam dan atmosferik.

Teknologi modern memungkinkan penciptaan suara yang lebih tajam dan dinamis, sementara alat musik klasik menambahkan sentuhan keanggunan dan tradisi.

Perpaduan ini membentuk kombinasi yang memukau antara masa lalu dan masa kini, menciptakan pengalaman musikal yang tak terlupakan.

Setiap nada dan efek suara disusun dengan teliti untuk memastikan setiap track memiliki karakteristik unik namun tetap harmonis dengan keseluruhan album.

Aransemen orkestra yang megah, disertai dengan sound fx yang menggugah, menciptakan suasana yang penuh dengan emosi dan kedalaman.

Dedikasi ini mencerminkan komitmen THEIST untuk menghasilkan kualitas sound yang luar biasa dan pengalaman musikal yang mendalam.

Setiap detail dalam rekaman ini menunjukkan upaya keras dan visi artistik yang jelas, menjadikan “Post-God Apocalypse” sebagai karya yang tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan hingga ke relung jiwa.

Artwork untuk album ini dibuat oleh seniman illustrator asal Jawa Tengah Morbideth, yang berhasil menangkap esensi tema album dengan gaya visual yang gelap dan memikat.

Karyanya menggambarkan sebuah gerbang yang terbakar di tengah kosmik, menyelaraskan dengan narasi kompleks yang tertuang dalam musik. Ilustrasi Morbideth menambah dimensi artistik yang mendalam pada “Post-God Apocalypse”.

Dengan detail halus dan kaya simbolisme, visual tersebut seakan menceritakan kisah selaras dengan nada dan lirik album.

Palet warna gelap dan kontras tajam menciptakan suasana apokaliptik yang dramatis, menggambarkan dunia pasca-kejatuhan yang penuh penderitaan dan pencarian makna.

Setiap elemen visual, dari objek enigmatis hingga lanskap yang kacau, mengundang spektator menyelami makna tersembunyi dan refleksi filosofis album. Gerbang yang terbakar ini tidak hanya berfungsi sebagai latar belakang visual tetapi juga sebagai simbol pusat dari narasi musik, menggambarkan transisi dari orde ilahi menuju disorientasi spriritual.

Karya Morbideth memberikan konteks lebih dalam dan resonansi emosional yang kuat, menjadikan “Post-God Apocalypse” sebuah karya utuh baik secara musikal maupun visual.

Dengan penggambaran yang mendalam dan simbolis, artwork ini memperkaya pengalaman mendengarkan, membuat pendengar tidak hanya mendengarkan musik tetapi juga terlibat dalam cerita visual yang mendalam.

 

Tracklist :

Lamentasi Di Langit Api [04’42]

Menikam Kalis [06’04]

Lamentasi Di Langit Api (Instrumental) [04’42]

Menikam Kalis (Instrumental) [06’04]

 

Dalam “Post-God Apocalypse”, THEIST menyuguhkan album yang jauh melampaui karya mereka sebelumnya. Dengan menggabungkan elemen-elemen gelap dari black death metal dan crust punk dengan nuansa liturgis yang epic, menciptakan sebuah pengalaman yang menggetarkan jiwa.

Album ini bukan hanya sebuah kumpulan lagu, tetapi sebuah meditasi musikal tentang keberadaan setelah kehancuran spiritual.

Setiap lagu membawa pendengar ke dalam dunia di mana keimanan telah runtuh, memaksa mereka untuk merenungkan makna hidup dan nilai-nilai kemanusiaan dalam bayang-bayang kehancuran.

Melalui lirik-lirik yang penuh dengan simbolisme dan melodi yang menghantui, THEIST mengeksplorasi tema-tema berat seperti okultisme, spiritualitas, dan perjuangan batin. Setiap lagu dirancang untuk menggugah emosi dan pikiran, mengajak pendengar untuk menghadapi ketakutan dan harapan mereka yang paling dalam.

 

Tentang THEIST;

Dari pusaran kegelapan dan kegelisahan, pada tahun 2014 di Bandung, THEIST dibentuk oleh M. Fauzi (ex-Restrain) di gitar, didukung oleh Iyan Muhtadin (Crust Collapse) di drum, dan Erwin Gumilar (Rabies) di vokal. Dengan semangat yang tak tergoyahkan, mereka memulai perjalanan dengan merilis EP pertama, “Eponymous”, melalui label “Sonic Funeral Records”.

Album ini menghadirkan lima lagu yang menghantui, menandai kehadiran perdana mereka di kancah musik. Pada tahun 2015, Eko Tristanto (Billfold) turut bergabung sebagai bassis, memperkuat harmoni gelap yang telah menjadi ciri khas band ini.

Setelah mengalami hiatus selama sepuluh tahun, THEIST kembali dengan energi baru pada mini album kedua mereka, “Post-God Apocalypse”.

Pada proyek ini, mereka didukung oleh Randi Kurniawan (Choice) di drum, yang mengisi jajaran anggota band untuk melengkapi perpaduan suara gelap mereka yang khas.

 

Members :

Gitar : M. Fauzi

Bass : Eko Tristanto

Drum : Randi Kurniawan

Vokal : Erwin Gumilar