Shoemaker Studios 2.0: Evolusi Rumah Musik Jakarta Menjadi Ekosistem Bagi Musisi

waktu baca 3 menit
Kamis, 10 Apr 2025 10:48 0 60 DapurLetter

Shoemaker Studios, studio musik independen dan inkubator musik yang pernah meraih 3 AMI Awards dan terkenal sebagai rumah produksi live session ternama seperti Shoebox dan Feels, mengumumkan visinya menjadi Shoemaker 2.0, sebuah ekosistem media dan house lab yang didedikasikan bagi seluruh kalangan musisi Indonesia.

Semenjak didirikan 10 tahun yang lalu oleh trio (Prajna Murdaya, Nikita Dompas, dan Harmoko Aguswan), rumah musik yang berlokasi di Cikini, Jakarta ini telah berkolaborasi dengan lebih dari 1,500 musisi Indonesia dan mancanegara, baik yang baru tumbuh maupun artis papan atas seperti Tulus, Sal Priadi, Nona Ria, Svmmerdose, Lalahuta, dan masih banyak lagi.

Selain itu, Shoemaker juga menumbuhkan potensi musisi-musisi Indonesia melalui program inkubasinya.

Melalui Vocal Masterclass, Shoemaker telah memungkinkan 200 penyanyi profesional dan amatir Indonesia untuk belajar langsung dari Seth dan Margareta Riggs, pasangan vocal coach legendaris yang melatih Michael Jackson, Stevie Wonder, Madonna, Jennifer Lopez, dan masih banyak lagi.

“Sudah 10 tahun lamanya Shoemaker Studios melayani artis-artis lokal maupun internasional. Sudah saatnya Shoemaker mengambil peran yang lebih besar supaya bisa memberikan dampak positif yang lebih besar juga bagi para kreatif di bidang musik.” Ungkap Prajna Murdaya, Co-Founder Shoemaker Studios.

Shoemaker Studios juga terkenal dengan konten Shoebox mereka, di mana artis-artis yang sedang melesat namanya membawakan lagu-lagu ternama mereka dalam live session yang minimalis tapi dengan visual yang menarik.

Melalui visi Shoemaker 2.0, Shoemaker berharap tidak hanya menjadi tempat membuat karya musik, tapi juga berperan aktif dalam membentuk budaya musik Indonesia. Shoemaker ingin menjadi music supernode Indonesia, suatu ekosistem yang menghubungkan berbagai elemen musik lintas genre dan lintas negara untuk kemudian menjadi katalis bagi kolaborasi-kolaborasi inovatif.

Ekosistem ini akan memiliki berbagai macam tangan, mulai dari community-building, produksi, media, event, edukasi, sampai merchandising. Semua ini dijalankan oleh anggota-anggota Shoemaker yang memiliki latar belakang mendalam dalam dunia permusikan dan memiliki kecintaan mendalam terhadap musik dan musisi. Ekosistem ini nantinya akan dirancang sedemikian rupa supaya mudah diakses dan bermanfaat secara mutualisme bagi semua musisi, baik yang baru tumbuh maupun yang sudah berada di papan atas.

Salah satu terobosan menarik Shoemaker 2.0 adalah Shoemaker House Lab, sebuah konsep inkubasi di mana Shoemaker menjadi ruang aman bagi musisi-musisi yang ingin memantapkan visi musik mereka. Salah satu program Shoemaker House Lab yang akan terjadi dalam waktu dekat adalah Masterclass Series, rangkaian kelas ilmu musik dan sound engineering yang mencakup banyak topik dan bersifat genre-agnostic.

Visi Shoemaker 2.0 juga meliputi konsep Shoebox 2.0, di mana Shoebox berevolusi sehingga tidak lagi hanya menjadi rangkaian video live session, tapi juga menjadi suatu brand dan platform bagi musisi utk mempunyai konten live performance terbaik mereka.

Di dalam konsep Shoebox 2.0, musisi-musisi bisa membawakan alternate version lagu mereka dalam suasana yang hangat, intimate, dan interaktif di ruang tamu Shoemaker. Ke depannya, tidak menutup kemungkinan Shoebox akan menjadi event musik sendiri dengan konsep “Shoebox Day Out” yang menghadirkan suasana video Shoebox dalam skala lebih besar.

Shoebox 2.0 akan dimulai dengan peluncuran episode perdana yang dibintangi Wijaya 80, trio musik retro yang terdiri atas Ardhito Pramono, Erikson Jayanto, dan Hezky Joe.

Saksikan video ini, yang akan tayang tanggal 9 April 2025, eksklusif di channel YouTube Shoemaker Studios.

DapurLetter

Dapurletter: website magazine