Selamat Datang .Feast yang Baru di Album Membangun & Menghancurkan yang Lama

.Feast dan para penggemar mereka sebagai pengingat untuk segera merampungkan album tersebut.

Membangun & Menghancurkan pun diselesaikan, setidaknya sesuai rencana awalnya. Lalu apa yang terjadi?

“Internal kami bermasalah, hati kami sudah enggak di situ.”kata Adnan.

Salah satu contoh dari kejenuhan yang dialami .Feast adalah tur mereka di awal 2023. Yang seharusnya menjadi perayaan dari perjalanan .Feast yang sudah berlangsung satu dekade sejak berdiri di tahun 2012 ketika masih menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, mereka malah menjalankan tur tersebut dengan setengah hati.

Setelah rehat sejenak usai tur, .Feast berkumpul kembali di pertengahan 2023 dan pada akhir tahun mengambil keputusan yang sulit terhadap pekerjaan yang sudah diselesaikan untuk Membangun & Menghancurkan: mencampakkannya dan mengulang lagi dari awal.

“Kami hancurkan dan bangun ulang. Memang nama adalah doa,” kata Dicky tentang nasib ironis dari album itu.

“Kami merasa sudah enggak disitu dan berada di fase kehidupan dengan banyak hal lain yang kami ingin bicarakan”, jelas Baskara

Walau sudah pernah mendaur ulang materi lama untuk Abdi Lara Insani, kali ini .Feast melangkah lebih jauh lagi di Membangun & Menghoncurkan dengan hanya mempertahankan judul albumnya serta dua lagu pembuka dan penutup album, yakni “Membangun” dan “Menghancurkan” yang masing-masing akhirnya diproduseri oleh Enrico Octaviano dan Giovanni Rahmadeva.

Untuk sisa albumnya, mereka memutuskan untuk menciptakan materi yang benarbenar baru dengan pola pikir yang segar. Menurut Baskara,

“Kami sepakat untuk menganggap baru memulai band ini namun dengan ilmu yang sekarang: ‘Kalau enggak punya diskografi .Feast yang lama dan dikasih ruang sekian belas lagu, mau bikin kayak apa’ Makanya benar-benar diulang.” ujar Baskara.

Penggarapan Membangun & Menghancurkan yang dirombak menghabiskan paruh pertama 2024 dengan para anggota .Feast mengumpulkan materi bikinan masing-masing dan memasangkan dengan para produser yang dinilai cocok dengan tiap lagu tersebut tanpa peduli apakah terdengar seperti .Feast yang lama atau tidak.

“Dulu kami produseri sendiri. Di satu sisi itu bagus karena jadi punya ciri khas. Cuma, akhirnya ketebak kalau .Feast bakal begitu doang. Kebetulan kami punya rezekinya, konseksinya dan kesempatannya, jadi kenapa enggak memanfaatkannya?” kata Adnan tentang bekerja dengan sederet produser yang karyanya mereka kagumi itu.

Setelah banyak mencocokkan jadwal para produser dengan kesibukan mereka sendiri, hasilnya adalah album .Feast yang sangat berbeda dengan apa pun yang mereka pernah hasilkan.

Dari hard rock di lagu “Konsekuens” dan “Politrik” yang digarap Pandu Fathoni hingga sentuhan lembut dan sensual yang dibawa Lafa Pratomo ke “Ouroboros” dan “Langitruntuh”, Membangun & Menghancurkan semakin mendobrak batasan-batasan musik .Feast. Menurut Awan, motor di balik “Langitruntuh” yang menceritakan dilema keinginan menghabiskan waktu bersama pasangan tanpa memikirkan kekacauan dunia luar.

Kalau lirik .Feast di masa lampau mencerminkan amarah dan kekecewaan terhadap dunia luar, maka pada Membangun & Menghancurkan amarah dan kekecewaan itu kini lebih banyak ditujukan ke diri mereka sendiri.

Masih ditulis sebagian besar oleh Baskara, lirik .Feast tetap menusuk saat menceritakan kembali tur setengah hati yang mereka jalankan di “Masimarah” garapan Iga Massardi, mengkhawatirkan opini publik di “Metakritik” yang diproduseri Herald Reynaldo, atau menghadapi rasa takut kehilangan orang kesayangan pada “O, Tuan” yang dipoles secara megah oleh Luthfi “Cosmicburp” Adianto dan timnya. Membangun & Menghancurkan juga merupakan ajang tampil bagi Dias Widjajanto yang telah bermain drum di panggungpanggung .Feast selama setahun terakhir. Ia menunjukkan beraneka ragam gaya permainan, termasuk agresif ala .Feast di “S5” yang sarat keputusasaan garapan Haecal Benarivo serta pukulan yang lebih ringan di trio lagu optimis yang diproduseri Rastafarian, yakni “Tarot”, “Peralihan” dan “Drums”.

Membangun & Menghancurkan memang bukan album yang awalnya ingin dibuat oleh .Feast, tapi inilah yang mereka ciptakan pada akhirnya — dan mereka sungguh bangga dengannya.

“Album ini monumental banget bagi gue pribadi. Setelah berbagai masalah menghantam terus, ini seakan set ulang semua hal di kami, termasuk pola pikir, cara kerja dan pertemanan,” kata Dicky.

“Walaupun secara usaha jauh lebih berat dibanding sebelum-sebelumnya, terutama ketika memutuskan untuk mengulang hampir semua materinya, album ini keseruannya seperti mengerjakan album pertama dan mengembalikan rasa yang sudah hilang setelah beberapa tahun belakangan”, Awan menambahkan.

Para anggota .Feast pun berharap pendengar bisa turut merasakan keseruan seperti saat mereka menciptakan Membangun & Menghancurkan. Menurut Baskara,

“Akhirnya ada sesuatu lagi yang kami kerjakan dengan 100.000 persen hati kami. Kami mengerjakannya dengan senang, dan semoga kesenangan itu menular ke pendengarnya”, ucap Baskara.

“Ini album yang gawat, kami keluarkan biaya cukup banyak untuk ini, jadi semoga orang-orang suka!” pungkas Adnan sambil tertawa.

Feast yang lama sudah mati. Panjang umur Panjang umur .Feast yang baru.