“SATU DUNIA” Single Perdana Baik-Baik Saja oleh AVALOSKITESHVARA

Single perdana band yang namanya diambil dari nama sosok Dewi berkesenian ini, punya historis panjang para personelnya: Rito (gitar), Giox (bass), Reza (drum), dan Masmo (kibor) ini. Kalau boleh kami mengutip ‘Bapak Jazz Indonesia’ Jack Lesmana yang pernah bilang bahwa, “Musik itu seharusnya terbuka… demokratis, siap menerima dan bersahabat dengan unsur dari genre lain… berkompromi dan toleran hingga menghasilkan paduan musik yang fresh…”.

Kata-kata bijak dari seorang maestro ini, menurut kami cocok untuk menggambarkan lirik sekaligus musik yang diusung Avalokiteshvara di single mereka ini.

Kombinasi kerja bareng empat sosok dengan latar musikal serta pengalaman musikal yang berbeda, Giox yang tak lain basis band legendaris SUPERGLAD; Rito yang sebelumnya dikenal sebagai gitaris/vokalis/komposer band stoner-rock bertajuk SURI; Reza, seorang drummer band hardcore, NO FRONT; Masmo, seorang kibordis yang aktif bergaul di skena jamaican sound bersama SENTIMENTAL MOODS dan MONKEY BOOTS, akhirnya malah menghasilkan sebuah warna musik yang fresh dan kekinian.

Mengemas ulang hits era 90an, di mana masing-masing personelnya terkait secara pribadi baik dengan lagu Satu Dunia bahkan band yang pertama kali merilisnya, Waiting Room.

Bagai sebuah tribut untuk band favorit mereka. Bahkan terkesan mereka sama sekali tak bernafsu memamerkan skill bermusik mereka, yang sebenarnya di atas rata-rata. Begitulah sikap penghormatan mereka.

Sifat terbuka dan bersahabat musikalitas mereka inilah yang membuat mereka sanggup mengemas ulang komposisi, aransemen, hingga cara bermain musik yang sesuai dosis. Semua difokuskan untuk sebuah ‘kendaraan baru’ yang nyaman bagi barisan lirik di lagu tersebut.

Sedangkan untuk posisi vokal, band ini dibantu oleh kolega lama mereka juga, Tanya Ditaputri (FLEUR!, Rattles).

Dalam sekejap, kita yang menyimak lirik Satu Dunia akan segera mengerti, siapa yang sebenarnya sedang dibicarakan Giox cs. Tentang sebuah keadaan yang sedang tidak baik-baik saja (‘… Percuma amarah dan emosi bicara… Di sini hanya ada mimpi tak kenal dunia..’), lalu mencoba mempengaruhi dan mengintimidasi (… Jangan coba keruhkan air yang kuselami… Persetan dengan dunia yang kau tau…).

Begitu yang digambarkan lirik dalam lagu yang dikemas ulang begitu berbeda secara genre dan harmoni dari aslinya, tanpa menghilangkan esensi lagunya sendiri ini. Begitu catchy dan mengalir.

Tak ada dominasi teknik musik, semua begitu pas, sesuai porsi, walau sebenarnya banyak unsur-unsur teknis seperti harmoni dan lainnya yang tak bisa dibilang sederhana.

Namun semua terdengar mengasyikkan, tak membuat audiens lagu ini mengerenyitkan dahi. Namun justru ikut larut dalam buaian harmoni musik dan emosi dalam lagu.

Terbukti ramuan di atas cukup manjur. Dan semoga juga mampu menciptakan efek tagih pada audiens pada musik-musik Avalokiteshvara selanjutnya.

Hanya ada satu kata hmm dua deh… buat Anda atas single perdana Satu Dunia dari Avalokiteshvara ini: “Wajib simak!”