Mitty Zasia Merilis Single Kolaborasinya Bersama Fanny Soegi Aku Tak Menyangka, Aku Bisa Sekuat Itu

Ada sebuah ungkapan pernah mengatakan, bahwa senyaman- nyamannya seseorang di perantauan, sekuat-kuatnya ia jauh dari kampung halamannya, rumah tetap menjadi tempat yang akan selalu dirindukan. Beberapa pemicu sederhana kerap memancing rindu bagi seseorang yang sedang ada di perantauan. Di antaranya seperti aroma masakan ibu, kehangatan obrolan di ruang keluarga, puasa pertama bersama orang tua dan masih banyak lagi. Dan beberapa hal tersebut kerap menjadi alasan bagi mereka yang sedang berada di perantauan ingin segera kembali pulang.

Namun sayangnya, tak semua orang yang berada di perantauan bisa dengan leluasa untuk bisa pulang.

Banyak faktor yang membuat para perantau sukar untuk kembali ke kampung halaman walau hanya sebentar. Mulai dari jarak yang begitu jauh, alasan ekonomi, waktu yang dimiliki tidak begitu luang dan lainnya. Dan hal itu tentunya bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa diterima oleh mereka yang kini sedang berada jauh dari kampung halaman.

Salah satu contohnya adalah yang selama ini dialami oleh Mitty Zasia, penyanyi dan penulis lagu asal Indonesia yang sudah cukup lama menjadi perantau di tanah orang. Pelantun Yang Lain Boleh Hilang Asal Kau Jangan ini mengisahkan, bahwa dirinya sejak tahun 2014 sudah meninggalkan tempat kelahirannya di Kotamobagu, Sulawesi Utara, untuk menggapai hal-hal yang selama ini ia impikan.

“Apalagi ketika bulan puasa seperti ini, ada momen yang sangat aku rindukan bersama keluarga di sana. Seperti sahur dan puasa pertama bersama mereka (keluarga). Mungkin itu sederhana, tapi aku sudah bertahun-tahun tidak bisa merasakan momen sederhana itu bersama keluarga di sana. Mungkin hal ini juga dirasakan oleh para perantau sepertiku,” kata musisi yang kini bermukim di Yogyakarta.

Selain itu, banyak alasan lain yang menurutnya tidak mudah menjadi seseorang yang harus berjuang di perantauan. Mulai dari rasa sepi yang kerap dirasakan namun ia tidak bisa berbagi cerita kepada keluarga di kampung halaman, menyelesaikan berbagai permasalahan sendiri dan masih banyak lagi.

“Dulu ketika aku masih tinggal bersama keluargaku di Kotamobagu, aku bisa dibilang anak yang manja dan dimanja sama orang tuaku. Bahkan teman-teman sekolahku aja tahu semua itu. Tapi setelah dipikir-pikir, orang semanja aku di masa lalu kok bisa bertahan sampai sejauh ini di perantauan. Bahkan hal-hal yang bisa aku gapai sekarang sebagian besarnya terjadi di sini (di perantauan). Aku sampai bilang sama diriku sendiri, ternyata aku sekuat ini bisa terus bertahan,” tutur pelantun lagu Bukan Seleramu ini.

Untuk mendokumentasikan banyak hal yang ia rasakan selama di perantauan, Mitty pun merangkumnya dalam sebuah karya yang ia beri judul Untuk Perempuanku Di Cermin, yang ia bawakan bersama Fanny Soegi.

Dan lagu ini pun ia daulat sebagai single kedua dari album keduanya berjudul Nanti Malam Ku Pikir Lagi yang dirilis pada Oktober 2024 lalu.

“Dari banyaknya hal rumit yang aku hadapi, ternyata aku kuat dan masih bisa bertahan. Aku tulis lagu ini agar nantinya ketika aku merasa lelah, atau pun para perempuan (khususnya) yang mendengarkan lagu ini, bisa merasakan lelahnya tanpa harus pura-pura tidak merasakan lelah. Cape nggak apa-apa, mau nangis pun nggak apa-apa. Dan yang harus diingat adalah, aku dan kita semua ternyata bisa sehebat itu masih bisa bertahan dan ada untuk diri kita sendiri sampai hari ini,” papar Mitty.

Untuk lebih mengenalkan single ini sendiri, Mitty Zasia bersama Fanny Soegi merilis video lirik dan juga tayangan live session lagu Untuk Perempuanku Di Cermin di kanal Youtube Mitty Zasia, dan resmi dirilis pada hari ini, Jumat (7/3/205).

“Untuk Perempuanku Di Cermin versi live session sendiri direkam secara langsung di Studio Kuaetnika, studio yang ada di dalam komplek Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, salah satu pusat budaya bersejarah di Yogyakarta. Dalam live session untuk lagu ini, selain melibatkan Fanny Soegi, aku pun melibatkan beberapa nama musisi lain. Salah satunya adalah Ronie Udara. Dan dari sisi visual, aku pun berkolaborasi dengan Mas Bagus Kresnawan bersama teman-temannya di GAS!,” jelas Mitty.

 

Fanny Soegi sebagai kolaborator

Mitty memaparkan, pemilihan Fanny Soegi sebagai kolaborator dalam lagu Untuk Perempuan Di Cermin ini sendiri didasari ketika ia mendengar hal-hal yang Fanny kisahkan dalam sebuah podcast bersama Soleh Solihun.

Dari berbagai macam perasaan yang ia rasakan bersama lagunya tersebut, Mitty merasa bahwa lagu Untuk Perempuan Di Cermin harus ia bawakan bersama Fanny Soegi.

“Ketika aku menonton podcast tersebut, aku benar-benar merasa perasaan yang ada di dalam lagu ini harus dibawakan sama aku dan juga Fanny. Belum lagi, Fanny juga ternyata sama-sama merantau seperti aku,” pungkasnya.

Fanny Soegi melanjutkan, baginya merantau tidak hanya berisikan tentang hal-hal yang membuat seseorang merasa sedih. Fanny malah mendapatkan sudut pandang lain ketika ia menjadi seorang perantau. Di mana ia bisa menemukan orang-orang baik yang bisa saling menguatkan.

“Merantau itu seru. Kita bisa bertemu teman yang sama-sama merantau dan saling menguatkan. Buatku, ternyata arti kata merantau tidak seburuk itu,” ucap Fanny.

Selain itu, lagu Untuk Perempuanku Di Cermin yang ditulis oleh Mitty, bagi Fanny memiliki pesan yang sangat bagus. Karena lagu ini bisa memberi kekuatan dan juga menjadi obat rindu bagi para perempuan yang memilih keluar dari zona nyamannya.

“Melalui lagu ini aku ingin menyampaikan, bahwa seseorang yang datang dari jauh pun bukan cuma sekadar untuk bermain-main dengan waktu, berharap pulang nanti akan membawa sesuatu. Walaupun rasa rindu atau kesendirian di tempat jauh sangat menyiksa, ada cinta dari diri sendiri dan cinta yang terkasih menguatkan. Peluk erat,” tutup Fanny.

Berita terkait