Kolaborasi sesama musisi dari dua genre yang berbeda untuk menciptakan sebuah karya baru, mungkin menjadi hal biasa.
Namun, bagaimana empat musisi dengan ideologi musik berbeda digabungkan dalam satu karya?
Hasilnya mungkin bisa terlihat dari sebuah karya yang disusun secara kolaboratif oleh Tongkat Kayu, RGZY, Arkaistone, dan Syifa Kusuma. Mereka baru saja mempersembahkan cetak biru bernama Pemenang.
Proyek kolaboratif ini menjadi hal tak biasa bagi keempatnya. Apalagi masing-masing tidak memiliki warna musik yang berkelindan sama sekali.
Tongkat Kayu merupakan sebuah unit Rock n Roll asal Kabupaten Serang, Banten. Band yang dikenal jenaka dalam setiap penampilannya ini, pernah mencicipi panggung sebuah ajang pencarian bakat, Rising Star Indonesia tahun 2018 silam.
RGZY adalah kolektif musik yang mengusung warna Hardcore/Rock Alternatif. Sempat lama vakum, namun sejak awal tahun 2024, mereka kembali aktif dengan konsep berbeda dan sukses mencuri atensi penikmat musik keras di Banten.
Sementara Arkaistone merupakan kelompok musik etnik instrumental. Mereka kerap menyisipkan instrumen tradisional dalam setiap karya dan penampilannya. Adapun Syifa Kusuma, menjadi kolaborator paling muda sekaligus paling nge-Pop. Usianya baru 11 tahun, tapi prestasi dan pengalamannya di dunia tarik suara tak perlu diragukan lagi.
Adalah Suhendri alias Etot Parker yang menjadi sosok penting dibalik program kolaboratif ini. Dia adalah inisiator yang kemudian merangkap menjadi produser di lagu Pemenang. Lalu apa alasan Etot merancang proyek ini?
Bagi gue, Tongkat Kayu, RGZY, Syifa Kusuma dan Arkaistone adalah keluarga. Ya masa sesama keluarga enggak dikenalin satu sama lain. Intinya untuk menjalin silahturahmi supaya lebih berwarna dan harmonis, ucapnya santai.
Keluarga bagi Etot karena selama ini, dia adalah perekam gambar dari keempat musisi tersebut. Etot seringkali menjadi orang paling depan dalam mengabadikan momen keempatnya ketika tampil di panggung atau bentuk dokumentasi lainnya.
Awalnya sempat ragu, mau dan bisa gak, yah menyatukan mereka dalam satu karya? Tapi alhamdulillan semuanya tertarik dan gak pake babibu, kita langsung langsung diskusi buat bikin struktur lagunya, kata dia.
Bagi Etot dan kempat musisi tersebut, Pemenang adalah manifestasi dalam mewujudkan, memuliakan perbedaan, dan merayakan kerendahan hati untuk saling mendukung satu sama lain.
“Lagu ini tentang perasaan seseorang yang diambang menyerah. Tapi ada satu hal yang membuat dirinya untuk tetap bertahan. Karena pada dasarnya setiap manusia itu memiliki luka dan kesulitannya masing-masing. Dan dari kita sendirilah yang memiliki kendali penuh untuk mau menyerah, berserah, atau terus melangkah, ucap Danang, gitaris Tongkat Kayu.
Sebagai project perdana, proses menyelesaikan karya ini diakui menemui beberapa kendala. Yang paling sulit bagi mereka adalah menyatukan tempo. Maklum, diantara keempat kolaborator, RGZY adalah entitas yang mengusung musik dengan tempo cepat.
“RGZY biasa di 180 bpm, sedangkan Tongkat Kayu, Syifa, dan Arkaistone itu biasa di 135 bpm. Akhirnya kita memutuskan buat lagu di angka 165 bpm. Terus RGZY biasa di drop B sedangkan mereka di tunning standar, ujar Desna, penggebuk drum RGZY.
Tak cukup antar-musisi, karya ini juga berkolaborasi dengan seniman lain. Etot juga menggandeng Rusmana Forest Record untuk meramu di dapur rekaman. Dia dipercaya sebagai rekayasawan audio. Sementara untuk urusan ilustrasi visual, dipercayakan kepada Syahrir Syara, yang dikenal sebagai pematung.
Namun begitu, lagu ini dapat diselesaikan dengan baik dalam waktu 2 bulan. Empat karakter musik dari masing-masing kolaborator, terangkum dalam durasi hampir 8 menit. Karena diisi oleh musisi lintas genre, lagu ini mengandung karakter yang kuat dari setiap kolaborator, serta memiliki transisi yang membawa pendengar memasuki dimensi lain dalam setiap part-nya.
Lagu “Pemenang” sudah tersedia diberbagai pemutar musik digital per tanggal 12 Desember 2024 melalui Frasa Musik.