WOLFSTAG merilis Single terbaru bertajuk PERISAI (13-05-2025), sebuah karya musik berisi tiga lagu yang membentuk narasi tentang perjalanan seorang pejuang—bukan dengan gemuruh kemenangan, tapi dengan gemetar keraguan, kekuatan yang sunyi, dan kerentanan yang manusiawi.
Tiga lagu dalam EP ini—PERISAI, SERIGALA, dan RUSA—menggambarkan babak-babak penting dalam proses pencarian jati diri dan posisi dalam dunia yang terus berubah. Setiap lagu berdiri sendiri sebagai potongan kisah, namun juga saling melengkapi sebagai satu kesatuan tematik dan emosional.
PERISAI
Lagu ini menjadi poros utama dari EP, menggambarkan keputusan seorang pejuang untuk tidak menyerang atau bertahan secara konvensional, melainkan membangun perisai dari pengetahuan dan pemahaman. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang kerap mengandalkan kekerasan, karakter dalam lagu ini memilih jalur yang tak lazim—menyerap, merenung, dan bertumbuh dari dalam.
SERIGALA
Di babak ini, sang pejuang digambarkan sebagai pemburu. Lagu ini merepresentasikan sisi ambisius dan liar dari manusia, sebuah dorongan primal untuk mengejar kekuasaan dan membuktikan eksistensi. Namun, di balik keganasan serigala, tersembunyi juga kerentanan jiwa yang mudah tersesat dalam kabut keinginan.
RUSA
Kisah berlanjut pada fase ketika kekuatan tidak lagi menjadi keunggulan. Rusa hadir sebagai simbol dari mereka yang terus berlari, bukan untuk menang, tapi untuk bertahan. Lagu ini menyuarakan sisi rapuh kehidupan—tentang jatuh, tentang takdir, dan tentang bagaimana keangkuhan bisa runtuh hanya dalam satu langkah yang salah.
Ketiga lagu ini bukan akhir, melainkan awal dari rangkaian cerita yang lebih besar. EP PERISAI adalah pembuka menuju karya selanjutnya yang berjudul JEJAK, yang akan memuat empat lagu tambahan dan menyatukan keseluruhan kisah dalam satu album padu.
Melalui PERISAI, WOLFSTAG mengajak pendengar untuk menyelami bukan hanya dentuman musik, tapi juga lapisan-lapisan emosi dan makna yang terkandung di dalamnya.
Ini bukan sekadar rilisan, melainkan rekaman perjalanan batin yang bisa jadi juga mencerminkan kita semua—yang terus memilih antara menjadi pemburu atau yang diburu, atau mungkin, membangun perisai kita sendiri.