Acara bertema A Journey to Hammersonic: Celebrating the 10th Anniversary The Convention – Exclusive Intimate telah digelar di Bali United Studio, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Minggu (4/5/2025).

Event ini merupakan bagian dari rangkaian gelaran utama Hammersonic Festival 2025 yang sudah berjalan selama satu dekade dan acara yang digelar Ravel Entertainment kalo ini terdapat beda dalam acara dimana ada sesi bincang-bincang intimate secara eksklusif yang memberikan ruang bagi sejumlah pengunjung untuk berinteraksi dengan para pembicara.

Sesi intimate pertama melibatkan Tim Distorsi dan musisi Australia, Jona Weinhofen.

Di sela-sela perbincangan, acara diramaikan oleh penampilan musik di atas panggung.

Grup musik deathcore asal Bandung, Revenge The Faith, menjadi band pertama yang membuat metalhead semangat. Panggung selanjutnya diisi oleh band deathcore asal Australia, Thy Art Is Murder yang sekaligus menutup acara ini.

Timotius Firman Chairudin yang dikenal dengan nama Tim Distorsi (DJ tius) membuka sesi tanya jawab intimate yang dimulai sejak pukul 18.30 WIB.

Sesi ini berjalan santai namun seputar dengan diskusi mendalam seputar dunia musik metal, khususnya yang berkaitan dengan Hammersonic. DJ tius yang menjabat produser dan personel Saint Loco ini juga sempat menyorot lika-liku menjadi musisi dalam sebuah grup musik Ia juga berbagi seputar fase sebagai anak band. “Buat anak-anak yang lagi bertahan atau bangkit. Ngeband itu ada tiga fase, yang pertama terbang, kedua berlari, ketiga berjalan… Fondasinya harus kuat dulu, dulu merasakan hal itu bersama Saint Loco sampai pada titik ini sudah 23 tahun,” ucapnya.

Setelah sesi bersama Tim Distorsi berakhir, barulah atmosfer metal dalam acara ini mulai terasa.

Panggung musik diisi oleh Revenge The Faith. Grup musik berjenis musik deathcore asal Bandung, Jawa Barat ini membawakan nomor- nomor andalan yang membuat para metalhead moshing mulai dari “Witness”, “Kashmir”, “Continuous”, “Darah Serigala”, hingga “Never Forever”.

Dan Jona Weinhofen selama terjun di dunia musik metalcore tak hanya dikenal sebagai gitaris band seperti I Killed the Prom Queen maupun Bring Me the Horizon, namun ia juga kerap berperan sebagai vokalis latar serta penulis lagu hingga manajer.

Jona Weinhofen merupakan seorang gitaris pengusung metalcore asal Australia yang kiprahnya telah menjangkau kancah internasional, Jona Weinhofen telah berkontribusi dalam sejumlah band berpengaruh di genre metal dan hardcore.

Jona Weinhofen mengawali sesi ini dengan klinik gitar serta penampilan solo membawakan sejumlah lagu-lagu yang pernah diisi olehnya. Setelah itu, Jona Weinhofen melanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Menariknya, di awal perbincangan, Jona mengaku kepada host bahwa awalnya ia lebih tertarik pada dunia dance dan sempat berminat ingin menjadi penari. “Dulu di sekolah saya tarian seperti break dance sedang sangat populer. Namun ketika mendengarkan musik dan berkenalan dengan gitar, saya merasa inilah jalan saya,” ucapnya.

Di akhir sesi, Jona juga memainkan demo lagu yang belum permah diperdengarkan sebelumnya dan baru dimainkan lagi sejak dua hari sebelumnya. Ia juga memainkan lagu-lagu BMTH yang pernah dibawakannya selama menjadi personel pendukung band tersebut.

Thy Art Is Murder. Band Deathcore asal Australia ini membawakan lagu-lagu seperti “Puppet Master”, “Holy Wars” hingga “Reign Of Darkness”.

Aksi mereka terbilang rapi dan tetap cadas, didukung oleh pencahayaan yang tepat dan mereka berhasil membakar semangat para penonton yang terpukau. Seperti layaknya Revenge the Fate, Thy Art is Murders juga meminta pengunjung untuk membentuk lingkaran di tengah kerumunan untuk membuat moshpit.

Penonton pun membuat “circle of death” dan “wall of death”, penonton melingkar di hadapan Thy Art is Murders yang makin membuat mereka semangat tampil.

Aksi Thy Art is Murders membawakan lagu-lagu andalannya, membuat A Journey to Hammersonic 10th years Anniversary: The Convention makin tidak lupa di hati para metalhead.

Back To Top
copyright © dapurletter 2025