Musik Indonesia di kenal dunia sejak 200 tahun lalu ketika Thomas Stamford Raffles, Gubenur Jenderal Inggris di Jawa, membawa gamelan ke London pada awal abad ke 19.
Gamelan kemudian menjadi satu-satunya musik orkestra tradisional Asia yang bisa dipelajari di dunia Barat bagi mereka yang menekuni bidang musik akademik bernama etnomusikologi.
Namun demikian, hingga saat ini hanya segelintir grup musik etnis atau “world music” professional Indonesia yang dapat menembus pasar internasional sejak adanya festival “world music” raksasa seperti WOMAD yang diprakarsai oleh Peter Gabriel pada tahun 1980, atau WOMEX (Worldwide Music Expo) yang diselenggarakan setiap tahun oleh Piranha di Eropa sejak 1994.
Dalam konteks inilah, kehadiran INDONESIAN NATIONAL ORCHESTRA (orkestra dengan 35 alat musik tradisional Nusantara) yang sejak tahun 2011 sudah menembus pasar musik internasional (Australia dan Asia) patut mendapat perhatian.
Setelah INO meringkas diri menjadi sebuah ensembel yang hanya terdiri dari 12 pemain di tahun 2016, kegiatan konser INO didunia internasional meluas ke Eropa yang menjadi pusat industri musik global.
Tahun 2022 INO berhasil tembus sebuah ‘wihara’ musik klasik Eropa yang bernama ELBPHIHARMONIE di Hamburg. Kehadiran INO di Elbphilharmonie diproklamirkan sebagai wakil dari musik klasik Nusantara dalam konser yang sangat bergengsi dengan judul: World Classical Music Series.
2 tahun setelah itu (2024) INO tampil di sebuah ‘wihara’ Tari & Musik Modern Eropa yang bernama AMARE THEATER di Den Haag.
Sejak penampilan mereka yang pertama di Australia, INO selalu mendapat sambutan penonton yang gemuruh dengan STANDING OVASION.
Tahun 2025 ini INO menembus ‘wihara’ musik Jazz yang paling bergengsi di Eropa, yaitu BIMHUIS di Amsterdam (20 Juni).
Disamping itu, INO juga akan tampil pada festival musik sangat unik yang menggelar isu sustainability di Crato, Portugal (23 Juni) dan kemudian di Casa Asia (28 Juni) di Lisbon, sebuah museum budaya yang menunjukkan kekayaan dan kemegahan bangsa-bangsa Asia.
Setelah Crato dan Lisbon, INO didapuk kembali ke negeri Belanda untuk tampil pada salah satu festival “world music” tertua di Amsterdam bernama Amsterdam Roots Festival (6 Juli).
Dengan kemampuan INO menembus pasar musik global, khususnya untuk wilayah “world music”, Indonesia membuktikan bahwa kekuatan musik Nusantara tidak hanya berlaku untuk konsumsi akademik didalam tembok universitas, tetapi juga untuk pasar musik dunia yang sangat kompetitif.
INO adalah sebuah produk representatif musik Indonesia yang dapat dijual dan bersaing dengan produk musik negara lain sebagai komoditas industri kreatif.
Untuk itu INO berterimakasih atas dukungan yang diterima dari pelbagai pihak, terutama Kementerian Kebudayaan RI, Dinas Kebudayaan kota Jakarta, KBRI di Den Haag dan Lisbon, Indonesian House Amsterdam, serta media seperti Kompas dan Indonesian Diaspora Network di Belanda.